logo

Kampus

Di Konferensi AAS in Asia, UGM Ambil Peran Penting Hubungkan Akademisi

Di Konferensi AAS in Asia, UGM Ambil Peran Penting Hubungkan Akademisi
Pembukaan Konferensi International Association for Asian Studies (AAS) in Asia, di Grha Sabha Pramana, elasa (9/7/2024). Mengusung tema Global Asias: Latent Histories, Manifest Impacts, konferensi yang akan berlangsung hingga Kamis (11/7/2024) ini dihadiri 1.500 peneliti dan akademisi dari 43 negara. (EDUWARA/Dok. UGM)
Setyono, Kampus10 Juli, 2024 05:40 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Menjadi yang pertama bertindak sebagai tuan rumah Konferensi International Association for Asian Studies (AAS) in Asia yang berlangsung pada Selasa-Kamis (9-11/7/2024), Universitas Gadjah Mada (UGM) ingin mengambil peran penting dalam menghubungkan para akademisi terhadap keprihatinan bersama kondisi dunia saat ini.

Hal ini disampaikan Rektor UGM Ova Emilia saat membuka Konferensi AAS in Asia di Graha Sabha Pramana, Selasa (9/7/2024). Bertajuk Global Asias: Latent Histories, Manifest Impacts, konferensi ini dihadiri 1.500 peneliti dan akademisi dari 43 negara.

“Kita mengapresiasi dipilihnya kami sebagai tuan rumah. Mengingat betapa kuatnya peran UGM di Indonesia, Asia, dan sekitarnya. Asia secara global diuntungkan karena rumah bagi peradaban awal dunia,” katanya.

Dipaparkan Ova, kekayaan budaya Asia dan sumber daya alam yang melimpah telah menarik berbagai kepentingan. Ini menempatkan Asia di jantung konflik global juga menjadi tempat masyarakat belajar tentang pembangunan perdamaian dan ketahanan.

“Kolonialisme sudah jauh tertinggal dari kita. Abad ke-21 telah membawa permasalahan kontemporer yang tidak pernah dibayangkan oleh nenek moyang kita. Eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran demi pertumbuhan ekonomi telah membahayakan bumi,” katanya.

Selain itu, dampak perubahan iklim semakin nyata dalam bentuk suhu global dan kenaikan permukaan air laut, belum lagi erosi pantai, gelombang badai yang lebih tinggi, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Ketidakseimbangan alam tersebut memicu efek bola salju pada seluruh aspek kehidupan, kesehatan, pendidikan, kemiskinan, dan seluruh aspek lain yang dinyatakan sebagai tujuan pembangunan berkelanjutan.

“Meningkatnya keunggulan politik dan ekonomi Asia disertai risiko konflik dan beban lingkungan, menjadikan Konferensi AAS di Asia memainkan peran penting dalam menghubungkan para sarjana dengan keprihatinan bersama,” ujarnya.

Konferensi ini juga dinilai mampu menyediakan platform untuk menyatukan berbagai disiplin ilmu dan sudut pandang untuk mencapai pendekatan komprehensif guna mencapai kemajuan umat manusia.

Wadah Penting

President of the Association for Asian Studies (AAS), Hyaeweol Choi dari University of Iowa Amerika Serikat, menyampaikan alasan dipilihnya UGM sebagai tuan rumah karena Indonesia secara umum adalah lokasi yang sangat strategis untuk studi di Asia.

“Sebagai Kota Pendidikan menjadi tempat produksi dan distribusi ilmu pengetahuan baru. Sangat masuk akal menyelenggarakan konferensi di sini, di pusat komunitas intelektual yang dinamis. Jadi menurut saya, ini adalah pilihan yang tepat,” katanya.

Sebagai Presiden AAS, Choi menegaskan Konferensi AAS in Asia merupakan sebuah wadah yang penting bagi para sarjana di Asia dan negara lain untuk bergabung bersama dalam berbagi pengetahuan terbaru dan mutakhir.

Selain itu, Konferensi AAS juga untuk memikirkan masa depan agar dunia yang harmonis dan hidup berdampingan secara lebih berkelanjutan seperti yang dihadapi saat ini, banyak krisis termasuk masalah lingkungan demokrasi serta kesenjangan sosial-ekonomi.

“Jadi kita semua yang terpelajar di sini, kita semua membahas semua permasalahan kontemporer berdasarkan agenda sejarah dan kontemporer,” katanya.

Association for Asian Studies adalah asosiasi profesional ilmiah, non-politik, dan nirlaba yang berfokus pada Asia dan studi tentang Asia.

Read Next