Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, BOYOLALI—Komunitas Sedalu menyelenggarakan Workshop Penulisan Aksara Jawa Pada Lontar, Sabtu (18/12/2021), di Kembang, Kecamatan Gladhagsari, Boyolali. Acara itu sebagai upaya merawat pengetahuan mengenai Naskah Merapi Merbabu.
Acara yang bertajuk Merawat Ingatan Leluhur ini menjadi sarana mendekatkan kembali pengetahuan naskah tersebut kepada masyarakat. Komunitas Sedalu bekerja sama dengan volunteer Sraddha Sala, Rendra Agusta untuk menjadi pemateri workshop. Sebelum peserta menulis di lontar, mereka diajak untuk mengetahui tentang sejarah Naskah Merapi Merbabu dan aksara Jawa kuno khas pegunungan.
Menurut Rendra, acara ini sangatlah penting untuk mengenalkan kembali kepada masyarakat di sekitar Gunung Merapi dan Merbabu tentang leluhur mereka.
"Ini kali pertama kami mengadakan penulisan di lontar di kawasan pegunungan Jawa setelah 150 tahun. Sebenarnya tradisi tulis di Merbabu sudah ada setidaknya sejak 400 sampai 500 tahun yang lalu. Kini kami ingin memulainya lagi. Mengenalkan kembali apa yang dimiliki leluhur masyarakat pegunungan kepada generasi sekarang," kata Rendra.
Acara ini diikuti oleh berbagai elemen masyarakat, seperti siswa SMA, guru, mahasiswa, pemuka agama, pelaku budaya, dan masyarakat sekitar. Guru Bahasa Jawa SMAN 1 Ampel, Gunaedi, yang menjadi peserta kegiatan itu menyatakan acara tersebut sangat bagus dan menjadi pengalaman pertamanya melihat lontar.
"Bagi saya sangat bagus dan unik. Di sini saya kali pertama melihat secara langsung daun lontar. Menarik sekali naskah-naskah kuno yang ditayangkan. Ini yang perlu kita gali, walaupun berat namun masih sempat untuk melestarikan naskah-naskah kuno yang merupakan tinggalan leluhur kita" jelasnya ketika diwawancarai Eduwara.com di sela-sela workshop.
Sementara itu, seorang mahasiswi IAIN Salatiga, Amrina mengaku mendapat pengalaman melihat, memegang, dan menulis di lontar. Dalam hal menulis di lontar, dia mengaku masih kesulitan. Menurutnya, acara ini sangat mengasyikkan.
Menurut penggagas workshop, Novian Nugroho, menjelaskan tidak semua orang paham dan tertarik pada kebudayaan khususnya naskah kuno. Untuk itu kami mencoba mengenalkannya pada generasi milenial.
"Generasi milenial kan belum tersentuh. Berbeda bila dari akademik Sastra Jawa. Saat saya berbicara Naskah Merapi Merbabu, di tempat penulisan aslinya pun orang sudah tidak tahu. Untuk itu masyarakat milenial yang menjadi sasaran utama kami," ujar Novian. (K. Setia Widodo)