logo

Sekolah Kita

Guru Penggerak Bantul Diminta Hadirkan Pembelajaran Reflektif dan Berdiferensiasi

Guru Penggerak Bantul Diminta Hadirkan Pembelajaran Reflektif dan Berdiferensiasi
Pameran panen hasil belajar PGP angkatan ke VII di SMAN I Kasihan, Bantul, Sabtu (8/7/2023). Sebanyak 83 guru dari semua jenjang di Bantul yang lulus PGP diminta menghadirkan pembelajaran reflektif dan berdiferensiasi di sekolah. (EDUWARA/K Setyono)
Setyono, Sekolah Kita09 Juli, 2023 19:16 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Isdarmoko meminta para lulusan Program Guru Penggerak (PGP) angkatan ke-VII membawa paradigma baru pendidikan. 

Konsep baru pada Kurikulum Merdeka Belajar adalah menghadirkan pembelajaran reflektif dan berdiferensiasi. Konsep ini menjadi pondasi kuat bagi pengajar pada era 4.0 ini karena mampu memfasilitasi perkembangan anak didik sesuai bakat dan minat.

"Secara nasional, ini adalah angkatan ke VII. Tapi khusus Bantul, ini merupakan PGP angkatan ke-II. Ada sebanyak 83 guru dari tingkat TK, SD, SMP, SMA hingga SLB yang lolos seleksi dan ikut progam ini," kata Isdarmoko, Sabtu (8/7/2023).

Sebelumnya, pada angkatan pertama atau jika di tingkat nasional adalah PGP angkatan ke-III, guru-guru Bantul yang telah menjadi guru penggerak sebanyak 101 orang.

Isdarmoko menyebut para guru penggerak adalah pemain utama dalam menumbuhkan jiwa kepemimpinan, menciptakan ekosistem belajar, menjadi agen perubahan, menghadirkan proses pembelajaran yang berpihak kepada siswa dan menumbuhkan jiwa positif.

"Bantul sepenuhnya mendukung kebijakan PGP yang diluncurkan lewat Kurikulum Merdeka Belajar episode kelima oleh Kementerian Pendidikan Kebudayan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek)," katanya.

Isdarmoko berharap para lulusan PGP ini bisa menjadi guru penggerak yang menggerakkan guru lain untuk melaksanakan pembelajaran dalam paradigma baru yang berorientasi pada siswa. Kemudian juga menerapkan pembelajaran dasar (basis learning) yang berkaitan dengan kemampuan non teknis atau soft skill.

"Ketika banyak guru yang menjadi guru penggerak, maka proses pembelajaran akan lebih maju. Harapannya anak-anak lebih berhasil dengan baik," ucapnya.

Kolaborasi

Lulusan PGP angkatan ke-VII dari SMAN 2 Bantul, Yakun Paristri, mengatakan banyak sekali pengalaman baru yang didapatkan lewat kolaborasi dengan para guru dari tingkat lainnya selama enam bulan pelatihan.

"Ada sebanyak 10 modul pembelajaran yang dibagi dalam tiga sesi harus kami pahami selama pelatihan. Intinya, kami diharapkan mampu menjadi guru yang menghadirkan pembelajaran reflektif dan berdiferensiasi," katanya.

Paristri menambahkan konsep diferensiasi ini adalah melihat anak didik memiliki keunikan sendiri sehingga tidak bisa dilihat atau diberlakukan sama untuk menumbuhkan minat dan bakatnya.

Guru penggerak juga harus beraksi nyata dengan menjembati sekolah, anak didik dengan komunitas untuk menghadirkan program-program positif dengan mengali berbagai aset yang dimiliki.

Penanggung jawab PGP angkatan ke-VII Bantul, Agus Dwi Wibowo, memaparkan hasil belajar PGP dipamerkan di SMAN I Kasihan. Para guru memamerkan karya mereka selama mengikuti program.

"Di angkatan ini ada sebanyak 83 guru dari semua tingkatan dan mereka dibimbing oleh sebanyak 17 guru praktik," jelasnya. 

Read Next