Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, SURABAYA—Sistem keamanan kata sandi saat ini tidak lagi memberikan pengguna keamanan dan kenyamanan karena banyaknya peretasan. Maka dari itu, biometrik dapat menjadi salah satu alternatif sistem keamanan digital.
Hal itu diungkapkan oleh profesor dari University of Missouri Kansas City, AS, Dr. Reza Derakhshani dalam kuliah tamu, Sabtu (19/2/2022), yang digelar oleh Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FTEIC) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Reza mengungkapkan kini banyak layanan digital yang menggunakan sistem pengenalan biometrik. Sama seperti pengidentifikasian konvensional yang sudah ada sejak dulu, konsep pengenalan biometrik ini menghubungkan identitas individu dengan penampilan luarnya. “Jika kita melihat wajah seorang teman, kita bisa menjelaskan siapa orang itu,” imbuhnya seperti dikutip dari situs resmi ITS, Senin (21/2/2022).
Reza menjelaskan, saat seseorang ingin mengotentikasi dirinya untuk layanan digital, mereka harus mendaftarkan identitas mereka terlebih dahulu, seperti nama. Kemudian sistem akan menghubungkan identitas yang telah diterima dengan penampilan seperti wajah atau sidik jari melalui sistem pemindaian yang ada di perangkat.
Selanjutnya, ketika pengguna telah terdaftar dan ingin mengakses informasi, perangkat akan memindai wajah pengguna. Hasil pemindaian tersebut akan dicocokkan menggunakan algoritma dengan templat wajah yang telah didaftarkan sebelumnya.
Sistem keamanan dengan biometrik ini dianggap lebih aman daripada sistem kata sandi karena fitur tubuh seseorang pasti memiliki perbedaan satu sama lain.
Menurut Reza, tak seperti kata sandi yang bisa diganti, fitur wajah atau sidik jari hanya melekat pada satu orang saja. Apabila pengguna kehilangan informasi biometriknya, maka data yang tersimpan dengan identitas tersebut tidak akan dapat diakses.
“Satu solusi untuk memitigasi permasalahan ini adalah tokenisasi untuk pertukaran informasi,” jelas profesor Ilmu Komputer dan Teknik Elektro ini.
Token digunakan agar pengguna tidak langsung memberikan informasi biometriknya. Misalnya apabila pengguna lain ingin menggunakan tablet kita, token akan diberikan ke tablet dan juga ponsel sebagai perangkat utama.
Izin akan diberikan apabila token di kedua perangkat cocok satu sama lain. Apabila tidak, maka token dapat ditarik dan diganti. “Pengguna lain tidak akan menerima informasi biometrik apapun dari kita,” ucapnya.
Dengan demikian, sistem pengenalan biometrik ini bisa menjadi solusi dari permasalahan data elektronik pribadi pengguna yang diretas dan disalahgunakan akibat kata sandi. Di mana peretasan tersebut dapat terjadi karena kata sandi merupakan sistem keamanan yang harus diingat oleh pemilik.
“Apabila seseorang dapat mengetahui kata sandi kita, mereka bisa menerobos sistem keamanan menggunakan identitas kita,” jelas Reza.