logo

Gagasan

Olah Sampah (Perca) dengan Seni, Lahir Karya Bernilai Tinggi

02 April, 2022 13:08 WIB
Olah Sampah (Perca) dengan Seni, Lahir Karya Bernilai Tinggi
Penulis Gagasan: Maya Agustina, Guru Tata Kecantikan SMKN 3 Bogor, Jabar; Wakil Ketua Komunitas Perupa Perempuan Bogor; Peserta Eduwara Writing Day Ke-2

Persoalan limbah atau sampah telah menjadi persoalan nasional. Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan  pentingnya menjaga lingkungan semakin memperparah kondisi ini. Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah, namun tetap saja belum dapat mengatasi persoalan sampah di Indonesia secara optimal.

Rendahnya kesadaran masyarakat membuat pemerintah pusing menangani sampah. Padahal sosialisasi dan edukasi telah dilakukan, baik melalui lembaga pendidikan dan juga melalui komunitas-komunitas yang memang memiliki kepedulian tinggi terhadap penanggulangan sampah. Banyak ruang publik yang menyediakan tempat pembuangan sampah yang dilabeli golongan sampah, tetapi tetap saja banyak warga membuang sampah di sembarang tempat. Hal itu sudah menjadi kebiasaan yang sangat sulit diubah. 

Sebagai contoh, seperti yang diberitakan Republika.co.id, Sabtu (9/10/2021), Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor mencatat, timbulan volume sampah di Kota Bogor meningkat sejak Mei 2021. Diperkirakan, meningkatnya timbulan sampah dikarenakan banyaknya orang yang bekerja dari rumah atau work from home (WFH).

Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita per hari, atau perluas bangunan, atau perpanjang jalan. Kabid Persampahan pada DLH Kota Bogor, Febi Darmawan, mengatakan, dari timbulan sampah 480 ton hingga 500 ton per hari, pada Mei 2021 timbunan sampah di Kota Bogor mencapai 500 hingga 550 ton per hari. Hal ini membuktikan bahwa produksi sampah memang luar biasa.

Seperti kita ketahui  bahwa sampah tergolong menjadi sampah  organik dan anorganik, atau lebih sederhananya golongan sampah yang dapat terurai dan sampah yang sulit terurai. Sampah makanan, sampah dapur, sampah daun-daun, tergolong pada sampah mudah terurai, sedangkan sampah yang sulit terurai  antara lain terdiri atas golongan plastik, kaca, logam, karet, kain.

Kreativitas Tinggi

Penanganan sampah anorganik  memang lebih sulit. Dalam jumlah yang banyak sampak organik dapat merusak ekosistem. Dilansir dari grafik data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional ( SIPSN) Tahun 2021, bahwa jumlah sampah organik terdiri atas; kaca 6,17%, karet/kulit 3,4 %, logam 10.64%, plastik 16.03 % kain berjumlah 6,38%, sisanya merupakan sampah lain-lain dari  rata-rata komposisi sampah di Indonesia. 

Sebenarnya sampah golongan anorganik tersebut bisa diolah kembali dengan menerapkan sistem 3R (Reuse, Reduce, Dan Recycle). Reuse berati menggunakan kembali sampah anorganik yang masih bisa berfungsi. Reduce artinya mengurangi penggunaan barang sekali pakai. Sementara, Recycle berarti mendaur ulang sampah anorganik menjadi benda-benda bermanfaat dan memiliki nilai baru.

Untuk mewujudkan pengolahan tersebut, tentu dibutuhkan kreativitas yang tinggi, mulai dari plastik yang diolah menjadi biji plastik bahkan bisa dibuat menjadi karya seni yang bernilai tinggi.  Misalnya menjadi karya seni kriya, atau karya seni rupa. Sentuhan seni terhadap sampah bisa menghasilkan karya bernilai tinggi dengan pasar hingga manca negara.

Plastik belanja atau yang sering kita sebut sebagai kantong kresek bisa dibuat menjadi karya lukis modern dengan gaya Pop Art Portrait (PAP) seperti yang dilakukan oleh seniman Edy Art, yang karyanya dipatok dengan harga yang cukup tinggi namun sangat laku karena keunikan dan keindahannya. 

Tidak hanya kantong plastik, limbah kain atau yang kita sebut dengan kain perca, juga dapat dibuat menjadi bahan lukisan dengan berbagai aliran. Sebagai contoh, Mas Didit Sardjo (Didit Gombal) membuat lukisan perca dengan gaya realis. Lukisan Foto Sultan Hamengkubuwono IX beserta istrinya telah dikoleksi oleh kesultanan Yogyakarta. Irma Haryadi seniman Jogja juga banyak membuat lukisan dengan gaya dekoratif berbahan perca. Karyanya telah memiliki pangsa pasar pencinta seni. 

Penulispun memiliki hobi melukis menggunakan bahan perca dengan gaya decorative, naïve art. Gaya ini penulis pilih karena gaya tersebut memungkinkan bebas menuangkan khayalan masa kanak-kanak yang bebas tanpa beban serta gaya melukis tanpa keterbatasan aturan. Lukisan gaya tersebut juga cukup diminati pehobi lukisan. Hal ini dibuktikan dengan adanya pesanan. Dalam setiap pameran seni, lukisan ini juga selalu laku terjual.

Dengan bermodalkan kanvas, kain perca, lem fox, kita dapat mengubah sampah kain perca menjadi karya yang indah. Berikut adalah contoh lukisan perca karya penulis yang bertemakan Dream World  dengan media kanvas dan perca berukuran 100 cm X 150 cm.

Foto koleksi pribadi Maya Agustina

 

Lukisan ini sarat nilai edukasi akan kedamaian, menggambarkan harapan dunia yang terbebas dari segala permasalahannya termasuk dari pandemi Covid 19 yang melanda dunia. Anak-anak yang bebas bermain, laut yang tidak tercemar. 

Semoga dapat menjadi salah satu inspirasi atas permasalahan sampah di Indonesia

Bogor, 28 Maret 2022

Editor: Riyanta

Read Next