Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, SEMARANG – Meskipun virus Covid-19 varian Omicron telah masuk ke Indonesia, rencana masyarakat yang ingin berlibur dan melakukan perjalanan antar kota pada akhir tahun 2021 rupanya tak surut.
Berdasarkan hasil survei yang diselenggarakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Balitbang Kementerian Perhubungan mendapatkan 11 juta orang atau 7,1 persen akan melakukan perjalanan antar kota di libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2021.
Akademisi Program Studi Teknik Sipil Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno menuturkan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Balitbang Kementerian Perhubungan melakukan survey mobilitas saat Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 secara daring (online) pada 1—15 Desember 2021.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan penyebaran kuesioner melalui Media Sosial (Whatsapp dan Instagram) dan SMS Blast. Responden sebanyak 49.074 orang dengan margin error 0,5 persen. Penentuan sampel dilakukan dengan rumus Slovin. Wilayah studi Nasional (Jawa dan Bali) dan Jabodetabek.
“Pada saat pemerintah melakukan pembatalan PPKM Level 3 diperkirakan potensi pergerakan masyarakat di Jawa dan Bali adalah sekitar 11 juta orang atau 7,1 persen yang akan melakukan perjalanan. Sementara itu, potensi pergerakan masyarakat di wilayah Jabodetabek sebanyak 2,3 juta orang atau 7 persen. Potensi pergerakan akan semakin bertambah ketika terjadi pelonggaran kebijakan” papar Djoko kepada Eduwara.com, Jumat (17/12/2021).
Lebih lanjut dikatakan Djoko, daerah tujuan terbanyak untuk perjalanan orang dari Jawa dan Bali adalah pertama menuju Jabodetabek 22,9 persen atau sekitar 2,5 juta orang, kedua menuju Jawa Tengah 19,5 persen atau sekitar 2,1 juta orang, ketiga menuju Jawa Barat 18,5 persen atau sekitar 2 juta orang, keempat menuju Jawa Timur 16,6 persen atau sekitar 1,8 juta orang, kelima menuju DI Yogyakarta 5,8 persen atau 624.000 orang.
Untuk pemilihan moda transportasi, yang paling banyak dipilih untuk digunakan adalah sepeda motor sebesar 28,5 persen atau sebanyak 3,1 juta orang akan menggunakan sepeda motor. Pilihan moda transportasi berikutnya adalah mobil pribadi 23,3 persen atau 2,5 juta orang.
Kemudian, pemilihan moda transportasi selanjutnya adalah bus sebesar 13,2 persen atau 1,4 juta orang akan menggunakan bus. Selanjutnya, adalah pesawat sebanyak 9,8 persen atau 1,1 juta orang, dan kereta api sebanyak 9,7 persen atau satu juta orang akan menggunakan kereta api.
“Diprediksi, masyarakat akan berlibur pada tanggal 24 Desember 2021 sebesar 7,8 persen, dan juga pada 25 Desember sebesar 7,2 persen. Puncak pergi adalah pada liburan tahun baru yakni pada pada Jumat 31 Desember 2021 sebesar 8,6 persen. Puncak pulang dari liburan adalah pada 2 Januari 2021,” tutur Djoko.
Dengan ditemukannya pasien terjangkit varian omicron, Djoko berharap ada perubahan kebijakan perjalanan Nataru. “Jangan sampai varian omicron menyebar meluas di tanah air dan dihindari tidak terjadi gelombang ketiga,” ujar Djoko.
Pengawasan di terminal penumpang, pelabuhan dan pelabuhan penyeberangan harus ditingkatkan. Pengenaan kewajiban tes antigen bagi penumpang Bus AKAP dapat diberikan dengan gratis dan bagi yang belum vaksin akan melakukan suntik vaksin di terminal penumpang.
“Jangan lupakan juga pentingnya kebersihan armada bus dan awak bus yang sehat menjadi jaminan bagi penumpang yang bepergian menggunakan bus,” kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat ini.
Kebersihan armada bus menurut Djoko harus menjadi perhatian utama agar perusahaan PO Bus tetap dapat beroperasi dan angkutan pelat hitam tidak merajalela. Hal yang sama juga dapat diberlakukan pada pelabuhan dan pelabuhan penyeberangan.
“Aktivitas transportasi yang tidak sehat akan mendorong percepatan terjadi perluasan suatu wabah penyakit.Waspada virus omricon adalah penting, namun tidak perlu panik, sehingga harus menghentikan aktivitas bertransportasi,” ujar Djoko.
Lebih lanjut ditekankan Djoko, aktivitas transportasi terhenti berdampak aktivitas ekonomi akan menurun. Bermobilitas secara sehat agar aktivitas ekonomi tetap bergerak.
“Akan lebih bijak jika tidak melakukan perjalanan yang tidak penting selama masa Nataru,” papar Djoko.