logo

Kampus

PKES, Model Pendeteksi Karakter dan Perilaku Siswa

PKES, Model Pendeteksi Karakter dan Perilaku Siswa
Guru Besar Bidang Ilmu Evaluasi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Akif Khilmiyah, mengatakan dunia pendidikan kita saat ini fokus 70 persen pada kecerdasan intelektual semata. Hal itu dikatakan Akif dalam orasi ilmiah berjudul 'Arah Baru Penilaian Pendidikan Karakter Model Penilaian Kecerdasan Emosional dan Sosial (PKES)', yang disampaikan saat pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar UMY, Sabtu (21/10/2023). (EDUWARA/Dok. UMY)
Setyono, Kampus23 Oktober, 2023 19:35 WIB

Eduwara.com, JOGJA - Guru Besar Bidang Ilmu Evaluasi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Akif Khilmiyah melihat banyak lembaga pendidikan Indonesia lebih fokus pada aspek kognitif semata, terutama kecerdasan intelektual, sehingga kecerdasan emosional dan sosial cenderung ditinggalkan.

"Pendidikan hakikatnya proses mencetak karakter yang mencakup perkembangan pribadi menyeluruh, baik secara emosional, sosial, maupun spiritual. Pendidikan membentuk individu dengan pemikiran yang matang, kemauan yang baik, dan perilaku terpuji," kata Akif Khilmiyah dilansir Minggu (22/10/2023).

Dalam pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar UMY pada Sabtu (21/10/2023), Akif menawarkan model pendidikan karakter model Penilaian Kecerdasan Emosional dan Sosial (PKES). Melalui orasi ilmiah berjudul 'Arah Baru Penilaian Pendidikan Karakter Model Penilaian Kecerdasan Emosional dan Sosial (PKES)', Akif mengatakan dunia pendidikan kita saat ini fokus 70 persen pada kecerdasan intelektual semata.

"Orangtua hanya bangga dengan ranking, tetapi tidak melihat aspek lain, akibatnya pendidik tidak mampu melakukan pembinaan aspek afektif, kecerdasan emosional, sosial dan spiritual," terangnya.

Hal ini, lanjut Akif, menyebabkan tidak pernah dilakukan penilaian pada aspek tersebut yang termanifestasikan dalam kecerdasan emosional.

Nilai Unggul

Dosen Program Studi Doktor Psikologi dan Pendidikan Islam UMY ini menegaskan banyak kasus siswa yang meraih skor Pendidikan Agama yang tinggi, namun akhlaknya masih tercela sehingga keadaan tersebut penting untuk menjadi perhatian bersama.

"Setelah survei dan penelitian, guru-guru ternyata membutuhkan instrumen penilaian karakter yang praktis dan komprehensif. Karena selama ini karakter hanya dinilai dari aspek psikomotor saja dan karakter itu dianggap sama dengan perilaku atau akhlak, tidak melihat pada aspek kognitif dan afektif," jelasnya.

Model pendidikan karakter PKES yang dikembangkan Akif memiliki nilai unggul karena terdiri dari aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Penilaiannya komprehensif karena berbentuk projective test, rating scale dan cek list dan skala pengukurannya diukur melalui kasus dilema moral, grading skills, dan performance assessment.

Berdasarkan survei ke guru Sekolah Dasar (SD), model ini dinilai sangat membantu kesulitan guru dalam memberikan penilaian secara komprehensif. Model ini juga dapat mendeteksi karakter siswa dan dapat memperbaiki perilaku siswa sejak dini.

"Akan tetapi menurut para guru tersebut, model ini sulit dilakukan karena harus pakai kertas, fotocopy dan lainnya. Oleh karena itu, kami juga mengembangkan aplikasi PKES berbasis android," ucapnya.

Sehingga, lanjut Akif, siswa dan guru tidak perlu repot, tinggal log-in saja sudah bisa menilai dan mengetahui hasilnya dan bisa tahu apa yang bisa dilakukan. Bahkan tidak hanya untuk guru tapi juga bisa digunakan oleh orangtua di dalam mendidik anak.

Read Next