logo

EduBocil

15 Kepala Sekolah Penggerak di Gunung Kidul Studi Tiru ke SD Muh 1 Ketelan Solo

15 Kepala Sekolah Penggerak di Gunung Kidul Studi Tiru ke SD Muh 1 Ketelan Solo
Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo Sri Sayekti (dua dari kanan) memaparkan implementasi Program Sekolah Penggerak di sekolahnya kepada 15 Kepala SD dari Sekolah Penggerak di Gunung Kidul, Selasa (8/2/2022) di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo. (EDUWARA/M Diky Praditia)
M. Diky Praditia, EduBocil08 Februari, 2022 20:04 WIB

Eduwara.com, SOLO —  Sebanyak 15 Kepala Sekolah Penggerak jenjang Sekolah Dasar (SD) dan sejumlah pejabat Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Gunung Kidul mengadakan Studi Tiru ke SD Muhammadiyah (Muh) 1 Ketelan Solo, Selasa (8/2/2022). 

Kepala Sekolah (Kepsek) SDN Tambran 1 Kalitekuk, Semin, Gunung Kidul Joko Widiyanto mengaku kagum dengan implementasi Program Sekolah Penggerak (PSP) di SD Muh 1 Ketelan Solo.

“Bu Sayekti (Kepsek SD Muh 1 Ketelan Solo, red) dan teman-teman guru sudah melaksanakan PSP dengan sangat inovatif, kreatif, dan mandiri,” kata Joko saat ditemui Eduwara.com selepas acara Studi Tiru.

Sekolah yang sudah berdiri sejak 1935 itu, disebut Joko, telah melaksanakan Merdeka Belajar. Hal itu bisa dilihat dari berjalannya proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila. 

Tak hanya itu, lanjut Joko, keberadaan Komunitas Praktisi menjadi wujud kreatifitas Kepsek dan guru-guru di SD Muh 1 Ketelan Solo. “Ini sangat kami butuhkan untuk kami terapkan di Gunung Kidul nanti,” ucap Joko.

Joko menuturkan ada tiga hal penting yang akan diadposi dari SD Muh 1 Ketelan Solo oleh Sekolah-sekolah Penggerak di Gunung Kidul. Pertama, terkait dengan Komunitas Praktisi, yaitu melibatkan orang tua siswa dalam kegiatan-kegiatan sekolah.

Kedua, keberadaan Project Management Office (PMO), yang terdiri dari Komite Pembelajaran dan Wakil Kepala (Waka) Sekolah Bidang Kurikulum, memastikan semua proyek kegiatan di Sekolah Penggerak terlaksana. Ketiga, terkait dengan supervisi, yaitu tidak selalu dilaksanakan secara luring, tapi juga bisa daring.

“Tiga hal ini yang secara mendasar baru bagi kami. Dan itu akan kami adopsi di Gunung Kidul. Semoga dengan kegiatan ini, silaturahmi kami tetap terjaga. Kami tunggu juga SD Muh 1 Ketelan Solo bisa rawuh di Gunung Kidul,” imbuh dia.

Pada kesempatan tersebut, Kepala Seksi (Kasi) Kurikulum Disdik Gunung Kidul Asbani mengatakan, dipilihnya SD Muh 1 Ketelan Solo sebagai tempat Studi Tiru karena praktik Sekolah Penggerak di sekolah tersebut berjalan sangat baik.

Asbani menjelaskan ada 15 Kepala Sekolah Penggerak di Gunungkidul yang mengikuti kegiatan Studi Tiru. Sebanyak 12 di antaranya berasal dari SD negeri, sedangkan tiga lainnya dari SD swasta. Mereka didampingi para pengawas dan pembina masing-masing sekolah. Total ada 30 orang dalam rombongan tersebut. 

“Angkatan pertama memang baru 15 sekolah yang menjadi Sekolah Penggerak. Di angkatan kedua ada penambahan delapan sekolah sehingga jumlahnya menjadi 23 Sekolah Penggerak untuk jenjang SD,” kata dia.

Asbani berharap hal-hal baik yang telah dilaksanakan di SD penggerak yang dikepalai oleh Sri Sayekti bisa diadposi Sekolah Penggerak di Gunung kidul.

“Kalaupun tidak semua bisa diadopsi, jangan sampai tidak ada yang dibawa (ditiru, red) untuk diterapkan di Sekolah Penggerak di Gunung Kidul,” pungkas Asbani. 

Read Next