logo

Sains

6.000 Lansia Jadi Sasaran Program Literasi Digital Tular Nalar

6.000 Lansia Jadi Sasaran Program Literasi Digital Tular Nalar
Tangkapan layar saat peluncuran program kecapakan literasi digital bagi para lansia lewat program Tular Nalar, Senin (7/2/2022). Sebanyak 6 ribu lansia di 25 kota menjadi target sasaran program. (Mafindo)
Setyono, Sains07 Februari, 2022 13:48 WIB

Eduwara.com,JOGJA – Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) yang didukung oleh Google.org meluncurkan program literasi digital Tular Nalar bagi para warga lanjut usia.

Sebanyak 6.000 lansia yang tersebar di 25 kota akan menjadi sasaran program itu dalam enam bulan kedepan.

"Pada 2022, dengan semangat turut meningkatkan kapasitas literasi digital warga lansia, Mafindo didukung Google.org meluncurkan 'Lansia Cakap Digital'. Program ini dihadirkan untuk mendampingi warga lansia yang tergolong kelompok rentan digital agar dapat beraktivitas dalam ruang digital dengan aman," jelas Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho saat peluncuran program secara daring, Senin (7/2/2022).

Sebelumnyam sihadirkan konsorsium beranggotakan Maarif Institute, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dan Love Frankie, Tular Nalar merupakan sebuah program literasi digital bagi insan pendidikan di Indonesia.

Bertajuk Literasi Media bagi Dosen untuk Penyemaian Perdamaian dan Pemikiran Kritis, program yang dijalankan sejak Oktober itu sudah memberikan pelatihan kepada 1.200 dosen, 5.500 guru SMA, dan menjangkau tak kurang dari 20.000 mahasiswa.

Program Manajer Tular Nalar Santi Indra Astuti memaparkan bahwa kelompok lansia masuk termasuk satu dari lima kategori yang rentan tereksploitasi kejahatan dunia digital. Kelompok yang pertama anak-anak, perempuan, kemudian lansia, penyandang disabilitas dan warga yang berada di daerah 3T.

"Program kecakapan literasi ini akan berlangsung selama enam bulan dari Maret—Agustus 2022. Literasi digital Tular Nalar menyasar 6.000 kelompok lanjut usia di 25 kota besar di Indonesia," jelasnya.

Santi melanjutkan, dalam mengakses mengakses ruang digital, lansia memiliki banyak keterbatasan. Semisal pengolahan informasi yang valid dan terverifikasi, mengalami technostress, keterbatasan akses pada perangkat digital, keterbatasan fisik karena penurunan beberapa fungsi tubuh, mudah termakan hoaks dan tidak sadar dalam hal perlindungan data pribadi. "Kita ingin mendampingi kelompok lansia, seperti hanya pada akademisi dan siswa. Kami ingin para lansia memahami literasi digital agar tetap produktif di ruang digital," lanjutnya.

Dalam mengakses ruang digital, kelompok lansia didominasi termakan pemberitaan bohong (hoaks) terutama terkait dengan kesehatan, ancaman pada anggota keluarga dan politik. Respon itu sebenarnya dilakukan dengan semangat melindungi diri dan keluarganya. "Namun mereka belum bisa berpikir kritis dengan informasi yang diterima," jelasnya.

Tular Nalar menginginkan generasi muda tidak hanya menjadi pendamping para lansia. Namun mereka dituntut berbagai pengalaman dan ilmu agar kelompok lansia tetap produktif dengan menempatkan lansia sebagai orang tua.

Kepala Hubungan Publik Google Asia Pasifik Ryan Rahardjo menyatakan pihaknya berkomitmen memerangi misinformasi dan disinformasi di Indonesia dengan mendukung komunitas mitra dalam mengembangkan pelatihan literasi melalui program Tular Nalar.

"Kami berusaha melindungi masyarakat Indonesia berbagai rentang usia, termasuk warga lansia, dari misinformasi dan memahami cara untuk mendeteksi berita hoax dengan lebih baik," jelasnya.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Informasi dan Komunikasi Semuel Abrijani Pangerapan gerakan nasional literasi digital Tular Nalar bisa meningkatkan kompetensi literasi digital bagi lansia, yang selama ini rentan menjadi sasaran kejahatan digital.

Di konsep ruang digital sebagai tulang punggung kehidupan, Kominfo tidak ingin ada yang tertinggal dalam pemanfaatan ruang digital. "Kami ingin warga lansia mendapatkan pendampingan sekaligus perlindungan di ruang digital." ungkap Semuel.

Read Next