logo

Art

Ajak Anak Bercita-cita Tinggi, Sanggar Pasinaon Pelangi Solo Pentaskan “Dolanan Gegayuhan”

Ajak Anak Bercita-cita Tinggi, Sanggar Pasinaon Pelangi Solo Pentaskan “Dolanan Gegayuhan”
Pementasan "Dolanan Gegayuhan" oleh Sanggar Pasinaon Pelangi, Rabu (19/10/2022) malam di Teater Arena TBJT, Solo. (EDUWARA/K. Setia Widodo)
Redaksi, Art21 Oktober, 2022 01:57 WIB

Eduwara.com, SOLO – Bersamaan dengan alunan musik keroncong yang energik, terlihat enam anak masuk ke dalam area panggung. Mereka berbaris dan mengitari panggung seraya menyanyikan lagu secara bersamaan mengikuti tempo musik.

“Pring reketeg gunung gamping ambrol, ati kudu teteg aja ngasi kagol. Pring reketeg gunung gamping ambrol, urip sing jejeg nek ra eling jebol,” seru mereka.

Usai mengitari area panggung, mereka berenam bersepakat untuk bermain bersama. Namun, permainan yang akan dimainkan merupakan wujud praktik dari cita-cita masing-masing. Anak pertama yang mempraktikkan cita-cita ialah Memet yang ingin menjadi seorang pilot.

Sejurus kemudian, dua orang masuk ke area panggung membawa gerobak yang berisi properti pesawat, baik sayap, badan, dan topi pilot. Kemudian, Memet memerintahkan teman-temannya sebagai penumpang untuk bersiap karena pesawat akan lepas landas.

Demikianlah suasana awal dari pementasan teater anak berjudul Dolanan Gegayuhan oleh Sanggar Pasinaon Pelangi, Mojosongo, Solo pada Rabu (19/10/2022) malam di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT). Dolanan merupakan kata bahasa Jawa yang artinya bermain, sedangkan gegayuhan memiliki arti cita-cita atau keinginan.

Di dalam cerita tersebut, anak-anak memiliki berbagai cita-cita dan keinginannya masing-masing dan berusaha menceritakan dengan bermain seperti khasnya anak-anak. Dalam perjalanannya tidak lepas dari gesekan-gesekan kecil  berupa perbedaan pendapat yang memicu pertengkaran, namun mereka berusaha menyelesaikannya dan tetap kembali berangan-angan untuk mewujudkan cita-cita masing-masing lewat bermain.

Sutradara Pementasan, Yohana Eva mengaku tidak mengalami kesulitan dalam menjelaskan isi naskah kepada anak-anak. “Naskah Dolanan Gegayuhan ini sangat dekat dengan keseharian anak-anak. Selain itu bahasa yang digunakan pun menggunakan bahasa keseharian mereka,” kata Yohana kepada Eduwara.com, Kamis (20/10/2022), melalui pesan Whatsapp.

Bahasa Sederhana

Eva menambahkan, proses bersama anak-anak yang memerlukan waktu lumayan lama, dan bisa dikatakan sebagai proses serius itu, merupakan kali pertama bagi dia. Tentu pada awalnya mengalami kesulitan untuk menghadapi anak-anak yang punya karakter berbeda-beda serta menemukan formula yang tepat dalam proses latihan.

“Dalam proses latihan saya berusaha membangun suasana tetap cair dan fun namun serius,sehingga dalam perjalanannya anak-anak pun terbiasa untuk memilah kapan waktunya harus bercanda, kapan waktunya harus serius untuk latihan,” tambah dia.

Menurut Eva, walaupun menggunakan bahasa sederhana khas anak-anak, sebenarnya ada beberapa hal yang disampaikan dalam cerita Dolanan Gegayuhan seperti jangan takut untuk memiliki cita-cita setinggi-tingginya. Kemudian jangan lupa berusaha sekeras mungkin untuk mencapainya, dan yang tidak kalah penting yaitu mengajari anak untuk musyawarah dan menyelesaikan masalah mereka sejak dini.

Salah seorang penonton, Erhan Al Faridzi menilai pementasan tersebut menarik karena mengangkat isu aktual mengenai childhood dan parenting. Menurut Erhan, akhir-akhir ini isu tersebut mencuat kembali setelah penggugatan gen Z terhadap generasi sebelumnya. Namun, isu tersebut dibawakan dengan cara menyenangkan dan penuh warna.

“Menonton pentas yang menceritakan bermain cita-cita kemarin, saya ternyata masih bisa tertawa walaupun berkali-kali dipermainkan cita-cita. Ya walaupun belum, atau bahkan tidak berhasil meraih cita-cita, ternyata hidup saya masih baik-baik saja, setidaknya hingga sekarang,” jelas dia.

Adapun adegan favorit bagi Erhan adalah ketika adegan salah seorang anak yang memperagakan cita-citanya menjadi polisi lalu lintas, di mana terdapat anak-anak kecil yang mengendarai mobil masuk ke area panggung. Menurut dia, pada adegan itu terasa semua elemen dikeluarkan dan dimaksimalkan.

Erhan berharap semoga anak-anak menikmati ruang aktualisasinya di teater karena teater bagi dia adalah lahan basah pembelajaran. “Semoga anak-anak yang terlibat di teater bisa belajar sekaligus bergembira di dalamnya,” harap dia. (K. Setia Widodo)

Read Next