logo

Art

Angkat Isu Sosial, Gumilang Gelar Pameran Seni Lukis Paradoks Sampah

Angkat Isu Sosial, Gumilang Gelar Pameran Seni Lukis Paradoks Sampah
Gumilang Budi Prasetyo berfoto di depan karya lukisnya yang berjudul Dolly dalam pameran tunggalnya Paradoks Sampah, baru-baru ini. (Eduwara.com/K. Setia Widodo)
Redaksi, Art29 Januari, 2022 20:23 WIB

Eduwara.com, SOLO—Masyarakat dan seni adalah dua hal yang sebenarnya sangat dekat. Namun akhir-akhir ini banyak masyarakat yang menganggap bahwa seni adalah hal yang rumit.

Hal tersebut mengakibatkan kesalahpahaman antara seniman dengan masyarakat umum. Sehingga ada anggapan bahwa masyarakat kurang apresiatif karena jarang bersentuhan dengan seniman maupun pameran karya seni.

Di sisi lain masyarakat kurang dibekali cara menikmati sebuah karya seni. Melihat adanya kesenjangan tersebut, salah seorang mahasiswa tingkat akhir Pendidikan Seni Rupa UNS, Gumilang Budi Prasetyo memberanikan diri mengadakan pameran tunggal seni lukis berjudul Paradoks Sampah baru-baru ini.

“Bagi saya yang berkuliah di pendidikan, beberapa kali belajar teori-teori pendidikan, dan terjun ke masyarakat untuk berkesenian, sebenarnya salah satu yang bisa memutus kesenjangan itu ya dari pendidikan seni,” kata dia ketika diwawancarai Eduwara.com, beru-baru ini.

Gumilang berpendapat bahwa seni masih punya tempat di masyarakat. Apalagi bagi calon pendidik seperti dia menjadikan suatu kewajiban untuk menularkan pendidikan melalui karya seni.

“Pendidikan bukan hanya sekadar di ruang kelas atau sekolah tetapi ada juga pendidikan melalui karya. Ibaratnya ini loh karya dari mahasiswa seni rupa yang dari pendidikan. Bukan berniat mengeksklusifkan, tetapi menurut saya, seni dan pendidikan merupakan dua hal yang saling terkait,” ujar Gumilang.

Pameran Tunggal

Pameran Paradoks Sampah itu bertempat di salah satu kedai kopi di daerah Ngoresan, Jebres, Solo. Gumilang yang biasa disapa Supri mengatakan pameran tunggal itu merupakan salah satu wujud angan-angannya. Pemilihan karya pun sudah didiskusikan dengan teman-temannya serta salah seorang tokoh seniman lukis Solo, Bonyong Munny Ardie.

Pengunjung yang sedang melihat karya lukis dalam pameran tunggal Paradoks Sampah, baru-baru ini. (Eduwara.com/K. Setia Widodo)

 

Dia mengangkat tema isu sosial dalam sepuluh lukisannya.Tema tersebut berangkat dari perenungan dia terkait fungsi seni yang dipilih yaitu seni yang bermanfaat kepada orang lain.

“Saya pilih dari hal yang paling sederhana dan paling dekat yaitu isu sosial. Isu ini sebenarnya setiap hari bersinggungan dengan kita. Saya mencoba menungkapkan hal yang mungkin bagi orang lain tidak bisa menyampaikannya. Sebenarnya ada hal yang tidak baik-baik saja jika bisa melihat lebih teliti. Sehingga bisa menumbuhkan kesadaran orang-orang terkait hal tersebut,” jelas dia.

Mengenai pembuatan lukisan, dia juga dibantu teman-temannya untuk riset seperti isu pelecehan seksual hingga kasus pembungkaman berpendapat. Selain itu dia juga menggunakan foto yang sesuai dengan tema. Kedua proses tersebut kemudian dijadikan riset untuk skripsinya.

“Setelah ngobrol dengan pembimbing, ya sudah sekalian dijadikan skripsi. Terkait pemilihan foto saya tetap minta izin kepada fotografernya. Jika tidak diperbolehkan tidak akan saya gunakan, namun kalau diperbolehkan biasanya diberi syarat untuk tidak dikomersialkan,” ujar dia.

Gumilang menambahkan karya-karyanya mungkin belum bisa secara langsung dipahami oleh orang-orang, sehingga harus ada komunikasi dengan dia. Namun dengan pemilihan visual realis setidaknya mudah dicerna dalam memaknai pesan yang terkandung dalam lukisannya. (K. Setia Widodo)

Editor: Riyanta

Read Next