logo

Art

Angkat Kepunahan Bahasa Lokal, Film Karya UMY Sabet Juara Pertama

Angkat Kepunahan Bahasa Lokal, Film Karya UMY Sabet Juara Pertama
Angkat Kepunahan Bahasa Lokal, Film Karya UMY Sabet Juara Pertama (UMY)
Setyono, Art31 Oktober, 2022 14:58 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Dalam Festival Film Pendek Berbahasa Daerah 2022, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil menggondol juara pertama lewat film berjudul 'Dusner', yang mengangkat tema punahnya penggunaan Bahasa lokal di Indonesia.

Dikreasikan Unit Kegiatan Mahasiswa Muhammadiyah Multimedia Kine Klub (UKM MM Kine Klub), Dusner menjadi film terbaik dalam ajang yang diselenggarakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud-ristek) pada Jumat (28/10/2022) lalu.

Produser film Dusner Umar Al Jufri mengatakan raihan juara ini ini sesuai target yang ditetapkan sebelum memulai proses produksi.

"Kami bersyukur akhirnya target tersebut bisa tercapai, karena hasil tersebut sesuai dengan usaha dan perjuangan yang telah kami lakukan, baik dari proses pra-produksi hingga pasca-produksi," ujar Umar pada Senin (31/10/2022).

Kompetisi Festival Film Pendek Berbahasa Daerah 2022 diikuti ratusan peserta, baik dari kategori SMA/SMK/Sederajat maupun kategori mahasiswa/umum.

Film Dusner sendiri mengusung tema tentang penyelamatan bahasa daerah Papua. Tim di awal sempat kesulitan mencari aktor yang asli dari Papua juga penerjemahan naskah.

Umar menyatakan tim sepakat bahasa yang digunakan dalam dialog di film ini adalah bahasa asli dari beberapa suku di daerah Papua. Demikian juga dengan pemilihan lokasi, juga sempat terkendala karena seperti penentuan setting hutan seperti di Papua dan pembuatan rumah honai.

"Namun, akhirnya kendala tersebut bisa teratasi berkat bantuan teman-teman komunitas dari Papua yang turut membantu dalam mengarahkan dan memberi saran dalam proses pembuatan film ini," lanjutnya.

Dusner sendiri diproduksi selama 1,5 bulan, dimana pre-production meeting menghabiskan waktu 3 minggu, sedangkan untuk proses produksi hanya memakan waktu 3 hari, dan terakhir di pasca-produksi memakan waktu 1 bulan.

Umar menyatakan tema yang dipilih diangkat dari keresahan semakin punahnya Bahasa daerah.  Riset tim yang menemukan banyak bahasa daerah di Indonesia sudah mulai punah apalagi bahasa daerah di bagian Timur termasuk salah satunya bahasa 'Dusner' ini.

"Dari situ akhirnya kami mencoba mengangkat bahasa tersebut ke dalam film pendek 'Dusner' ini," terangnya.

Selain pemilihan tema yang menarik, Umar menyatakan pembuatan film ini juga sebagai upaya menantang diri MM Kine Klub keluar dari zona nyaman dengan menggunakan Bahasa daerah lain di luar Jawa.

Film ini dimaksudkan sebagai sindiran untuk masyarakat millennial yang seringkali abai terhadap bahasa daerahnya sendiri. Umar berharap lewat film "Dusner" ini membuka mata masyarakat terkhusus anak muda untuk terus melestarikan bahasa daerahnya masing-masing.

Read Next