logo

Sekolah Kita

Antusias Jelang Olimpiade Penelitian, 89 Karya Siswa SMP Jogja Dipamerkan

Antusias Jelang Olimpiade Penelitian, 89 Karya Siswa SMP Jogja Dipamerkan
Suasana pameran OPSI yang diselenggarakan di Taman Pintar oleh Disdikpora Kota Yogyakarta yang berlangsung dua hari, 19-20 Juli 2022. pameran sebagai seleksi peserta kompetisi OPSI Nasional yang dibuka Agustus nanti. (Eduwara/Setyono)
Setyono, Sekolah Kita20 Juli, 2022 14:26 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Sebanyak 89 karya dari 211 siswa-siswi SMP di Kota Yogyakarta dipamerkan menjelang penyelenggaraan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2022.

Pameran itu diselenggarakan selama dua hari, sejak Selasa (19/7/2022) dan berakhir hari ini, Rabu (20/7/2022) di Taman Pintar, Yogyakarta. Pameran OPSI yang melibatkan 11 SMPN dan 13 SMP swasta ini dikoordinasikan oleh Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) Kota Yogyakarta.

"Tahun ini antusias siswa ikut kompetisi OPSI agar bisa mewakili Kota Yogyakarta di tingkat nasional sangat tinggi. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang maksimal 60 karya, tahun ini sebanyak 89 karya dihasilkan 211 siswa," Kepala Seksi Kesiswaan SMP Disdikpora Kota Yogyakarta Cynthia Yulita Wardayanti saat ditemui Eduwara.com di area pameran.

Kompetisi OPSI bagi siswa SMP Kota Yogyakarta mulai digulirkan Maret dengan mengundang seluruh sekolah untuk berpartisipasi melakukan penelitian. Dari berbagai proposal penelitian yang masuk, sebanyak 89 proposal lolos.

Dari sini, Disdikpora Kota Yogyakarta memberikan bimbingan kepada siswa yang akan melakukan penelitian dan guru pembimbing. Pada awal Juli kemarin, hasil karya penelitian dikumpulkan dan dipresentasikan untuk dinilai saat pameran.

Bagi Cynthia, seluruh karya yang dipamerkan sangat membanggakan dan menunjukkan beragam kreativitas siswa.

"Ada tiga bidang penelitian yang bisa diikuti siswa yaitu teknik dan rekayasa, IPA dan Lingkungan serta IPS dan Sosial. Bimbingan kami berikan agar metodologi penelitian mereka runut dan sesuai persyaratan yang tentukan Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) sebagai penyelenggaraan OPSI Nasional,"paparnya.

Selama dua hari, Disdikpora sendiri mengundang siswa-siswa SMP se-Kota Yogyakarta untuk melihat pameran. Hal ini diharapkan mampu menumbuhkan motivasi bagi siswa lainnya untuk melakukan hal yang sama.

Cynthia sendiri tahun depan menargetkan seluruh SMPN di Kota Yogyakarta diwajibkan mengikuti OPSI dengan minimal mengirimkan satu karya. Ini sebagai pemicu para guru untuk terus meningkatkan minat siswa dalam penelitian.

BERAGAM

Berkeliling sepanjang Lorong pameran, Eduwara.com menemukan berbagai hasil karya menarik. Seperti penelitian bidang IPS yang dihasilkan Mutiara Huwaida, SMPN 9 Yogyakarta yang berjudul 'Antara Sarapan Pagi, Jajan dan Mbekal Dalam Menunjang Prestasi Siswa'.

"Ternyata sarapan berdampak besar pada prestasi. Aktivitas sarapan berpengaruh 50 persen pada peningkatan prestasi, yang jarang sarapan berdampak 46 persen, sedangkan yang tidak pernah sarapan jajan atau bekal hanya berdampak 4 persen," papar Mutiara.

Ada juga penelitian lumut endemik yang hanya tumbuh di Kota Yogyakarta dan kawasan Gunung Merapi yang disampaikan tiga siswi Dari SMPIT Abu Bakar. Lumut ini diteliti untuk dijadikan Kokedama.

Kemudian ada karya berjudul 'Briket Daun Beringin Sebagai Alternatif Bahan Bakar', ‘Kolam Minamitori Kolam Mina Mini Tinggi Oksigen Bertenaga Matahari', dan salep berbahan Onthel dan kulit jeruk yang diklaim mampu menangkal gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Maria Faeka Christiani, guru pembimbing dari SMPN 5 Kota Yogyakarta mengatakan anak didiknya sangat antusias dalam kompetisi OPSI ini. Dirinya mengaku sebenarnya sekolahnya akan mengirimkan 19 karya yang mencangkup semua bidang.

"Namun karena permasalahan internal, dimana kurang adanya keseriusan dari guru dan murid. Di sini kita hanya bisa memamerkan 10 karya saja," katanya.

Meski patut diapresiasi, Yoni M guru dari SMP Pangudi Luhur 1 Kota Yogyakarta menilai waktu pelaksanaan yang hanya sebentar harus dievaluasi. Baginya pameran ini tidak sekedar dinikmati anak-anak sebaya peserta, tapi bisa juga bagi kalangan umum maupun anak-anak SD.

"Saya kira waktu lebih lama dibanding sekarang menarik anak-anak SD untuk datang dan mengenal berbagai hasil karya yang menarik. Ini menjadi motivasi mereka untuk melakukan hal yang sama," kata Yoni. 

 

Read Next