Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JAKARTA – Social Emotioal Learning (pembelajaran sosial emosional) yang menghasilkan kecerdasan sosial emosional sama pentingnya dengan kecerdasan yang berkaitan dengan akademis. Anak bisa disebut berhasil jika secara akademis maupun sosial emosionalnya sukses.
Terlebih kecerdasan emosi merupakan salah satu dari 10 soft skill yang paling dibutuhkan, menurut World Economic Forum, di era digital seperti sekarang. Selain itu, sekolah merupakan wadah bagi anak untuk melakukan simulasi interaksi sosial emosional bersama orang-orang di luar keluarga inti.
Hal tersebut disampaikan Founder Jari Kecil Child Care Center, Anastasia Ang dalam Indonesia Edu Webinars: Mari Berkenalan dengan Social Emotional Learning, Rabu (20/4/2022). Acara tersebut diselenggarakan REFO Indonesia melalui siaran langsung YouTube.
Anastasia melanjutkan, pengetahuan mengenai kecerdasan sosial emosional bisa ditularkan para guru kepada anak didik, tidak menutup kemungkinan juga berguna bagi orang tua.
“Kalau kita mengacu filosofi Ki Hadjar Dewantara yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, kita sebagai orang tua atau guru harus memberi teladan terlebih dahulu. Kalau ingin anak kita cerdas secara sosial emosional, kita dahulu yang harus belajar dan mencontohkan kepada mereka,” kata dia.
Menurut Anastasia, Sosial Emosioal Learning jangan dikira merupakan hal-hal berat, namun bisa mengambil nilai-nilai dari kegiatan sederhana misalnya mengantre, mencuci tangan, gotong royong, dan bersosialisasi dengan catatan dilakukan secara teratur agar menjadi pembiasaan. Berangkat dari pembiasaan tersebut anak juga dibangun kesadaran agar tidak sekadar melakukan tanpa tahu tujuan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh mereka.
Social Emotioal Learning bukan suatu mata pelajaran khusus maupun terpisah, namun bagian yang terintegrasi antara pendidikan dan pengembangan manusia. Jadi dari bayi sampai usia tua, Social Emotioal Learning bisa terus dikembangkan dan dipelajari. Tidak hanya di rumah, sekolah, tempat kerja, bahkan di komunitas di mana kita tinggal.
Mendapatkan Kebahagiaan dan Kesejahteraan
Social Emotioal Learning sangat penting didapatkan anak. Sehingga selaras dengan perkataan Ki Hadjar Dewantara yaitu anak bisa hidup dan mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan dalam komunitas di mana dia tinggal dan bisa berkontribusi bagi masyarakat.
“Social Emotioal Learning juga merupakan suatu proses untuk mengembangkan kesadaran diri, mengelola emosi, dan keterampilan interpersonal yang sangat penting untuk keberhasilan, baik di sekolah, dunia kerja, maupun kehidupan,” ujar dia.
Kesadaran diri bukan berarti bangun dari tidur, namun kenal terhadap dirinya sendiri seperti merasa marah. Kemudian diatur agar tidak terlalu marah dengan tidak berkata tidak boleh marah. Karena sebuah emosi jika di-press dan di-repress bisa meledak. Salah satu cara yaitu melakukan eksplorasi emosi.
Adapun proses mengelola emosi, sambung Anastasia, menggunakan istilah navigasi emosi. Jadi ibarat nahkoda, emosi tersebut mau diarahkan kemana. Artinya, bukan berarti anak tidak boleh marah atau sedih, justru harus bisa mengekspresikan emosi dengan cara positif atau tidak merugikan dirinya maupun orang lain. Cara-cara yang positif bisa membantu anak untuk mengenali emosinya dengan diberi kesempatan untuk merasakan, baik emosi negatif atau positif.
Proses Social Emotioal Learning tidak hanya dilalui oleh anak, namun juga dilalui orang dewasa dengan tujuan mendapatkan dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mengembangkan jati diri yang sehat. Selain itu juga memiliki dan menunjukkan empati terhadap orang lain, membangun dan menjaga hubungan yang saling mendukung, serta membuat keputusan yang bertanggung jawab. (K. Setia Widodo)