logo

EduBocil

Biarkan Anak-Anak Bebas Bermain, Ini Manfaatnya…

Biarkan Anak-Anak Bebas Bermain, Ini Manfaatnya…
Pemaparan materi webinar oleh dr. Taufiq Fredrik Pasiak (Kanan) dengan moderator Anne Gracia (Kiri), S.KG di acara Webinar Selasa Seru yang diselenggarakan Direktorat Guru PAUD dan Dikmas Kemendikbud Ristek, Selasa (28/12/2021). (Eduwara.com/ Dok. Istimewa Youtube Direktorat GTK PAUD)
Redaksi, EduBocil30 Desember, 2021 13:36 WIB

Eduwara.com, JAKARTA—Anak usia dini perlu diberi kebebasan bermain sesuai keinginan dan kemampuannya untuk perkembangan otaknya. Dengan bermain imajinasi, toleransi, empati, dan afiliasi anak akan terbangun.

Demikian benang merah yang muncul dalam Webinar Selasa Seru dengan tema Merdeka Bermain Sesuai Perkembangan Otak Anak, Selasa (28/12/2021). Webinar itu digelar oleh Direktorat Guru Pendidikan Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kemendikbud Ristek.

Webinar tersebut mendatangkan dua narasumber yaitu Neurolog dr. Adre Mayza, Sp. S(K) dan Dekan Fakultas Kedokteran UPN Jakarta Dr. dr. Taufiq Fredrik Pasiak, M.Kes., M.Pd.I. Peserta webinar adalah guru-guru PAUD seluruh Indonesia juga para orang tua anak.

Direktur Guru PAUD dan Dikmas, Dr. Santi Ambarrukmi, M.Ed., menuturkan webinar tersebut berguna untuk memahami cara mengasuh anak dengan baik. Sehingga otak anak bisa berkembang secara sempurna. Selain itu memberikan stimulasi daya pikir cukup baik bagi anak-anak.

dr. Adre Mayza, Sp. S(K) (Kanan) sedang memaparkan materi di acara Webinar Selasa Seru dengan moderator Anne Gracia, S.KG (Kiri) yang diselenggarakan Direktorat Guru PAUD dan Dikmas Kemendikbud Ristek, Selasa (28/12/2021). (Eduwara.com/ Dok. Istimewa Youtube Direktorat GTK PAUD).

 

Neurolog dr. Adre Mayza, Sp. S(K) berpendapat anak perlu bermain untuk perkembangan otak anaknya. Bermain disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan anak untuk mengeksplor segala sesuatu yang ada di hadapannya.

Kontrol Motorik

Pola bermain mengembangkan bagian-bagian otak dari bawah ke atas. Pada bagian batang otak (brainstem) pola bermain berkaitan dengan kesadaran dan kemampuan mengontrol tubuh tertentu. Sedangkan otak tengah (midbrain) mengembangkan kemampuan kontrol motorik halus dan kasar.

“Mungkin yang tidak diketahui para guru adalah motorik yang berkaitan dengan tujuan tertentu. Ini dibangun di basic-basic bermain. Kontrol motorik halus dan kasar harus baik dulu. Kemudian naik area otak tengah yang mengembangkan reaksi emosional seperti toleransi, empati, dan afiliasi. Sedangkan area selanjutnya yaitu cortex lebih kepada pengembangan hal konkret dan abstrak,” jelas dia.

Dia menambahkan pola bermain merdeka disesuaikan dengan kemampuan dan kesenangan anak. “Itulah makna merdeka belajar. Sebenarnya kita tidak harus terlalu mengatur, kita tinggal nanya adik bikin apa? Anak dengan imajinasinya akan menjawab oh saya sedang membikin pesawat terbang. Pesawat terbang versi dia, ya tidak apa-apa. Hal ini membuat kepuasan dan kesenangan dalam melakukan sesuatu. Juga menjadi penting untuk kita dalam menghargai apa yang diingini anak,” tambah dia

Sementara itu dr. Taufiq Fredrik Pasiak menuturkan anak-anak harus diberi kebebasan bermain. Ada tiga hal yang harus diperhatikan saat anak bermain yaitu dilatih untuk sabar, tetap tenang dalam situasi mencekam, dan ketelitian atau perhatian terhadap hal-hal rinci.

“Dengan cara ini anak lebih leluasa. Mau dibuat bentuk permainan seperti apapun yang terpenting filosofinya seperti tadi. Kemudian mengenai bentakan yang merusak struktur otak, sebenarnya bentakan diperbolehkan jika membentuk ketegasan anak. Tetapi tidak boleh jika menimbulkan ketakutan, ketidakpastian, dan perasaan tidak nyaman.” kata dia. (K. Setia Widodo)

 

Editor: Riyanta

Read Next