logo

Sains

BRIN Bakal Pacu Kolaborasi Diaspora untuk Riset Mulai 2022

BRIN Bakal Pacu Kolaborasi Diaspora untuk Riset Mulai 2022
Diskusi Pembahasan dan Review Kesesuaian Pre-Phase Over RISET PRO BRIN, di The Opus Grand Ballroom, Jakarta, Senin (29/11/2021). (BRIN)
Bunga NurSY, Sains01 Desember, 2021 09:36 WIB

Eduwara.com, JAKARTA—Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berencana menggaet lebih banyak kalangan diaspora Indonesia untuk terlibat dalam riset di dalam negeri mulai 2022.

Untuk menarik minat para diaspora itu, BRIN memperbaiki ekosistem riset di tanah air, salah satunya dengan membangun 10 infrastruktur riset termasuk observatorium  nasional di Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Lewat siaran pers BRIN pada Selasa (30/1½021), R. Arthur Ario Lelono, Plt. Direktur Manajemen Talenta BRIN, mengatakan dengan perbaikan ekosistem riset ini diharapkan dapat memacu ketertarikan para ilmuwan berdarah Indonesia tersebut. 

“Tahun 2022 kita akan banyak mendatangkan diaspora untuk kolaborasi riset,” kata Arthur dalam Diskusi Pembahasan dan Review Kesesuaian Pre-Phase Over RISET PRO, di The Opus Grand Ballroom, Jakarta, Senin (29/11/2021).

Arthur juga mengajak para alumni penerima beasiswa gelar dan nongelar RISET-Pro melalui jejaringnya mengajak ilmuwan Indonesia yang berkiprah di Internasional untuk riset di negara asalnya. 

”Kami harapkan alumni-alumni tetap membangun jejaring kolaborasi tersebut, dan mengajak diaspora untuk kolaborasi berbasis riset di Indonesia,” tuturnya.

Diaspora yang datang nantinya akan menjadi ketua dalam grup riset yang anggotanya telah diseleksi. Sementara tema riset kolaborasi dengan diaspora mengenai permasalahan yang dialami di dunia industri dan masyarakat.

Selain itu skema kerjasama riset yang disiapkan Manajemen talenta BRIN yaitu untuk menunjang program postdoctoral para peneliti yang telah berijazah S3. “Kegiatan ini untuk meningkatkan kematangan para peneliti dalam negeri,” ucap Arthur.

Berdasarkan data Sekretariat Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional 2020, total ilmuwan diaspora Indonesia di seluruh dunia ada 477 orang. Dari jumlah itu, para ilmuwan tersebar di Asia Tenggara (120 orang), Asia Timur (92 orang), Eropa (43 orang), Inggris (34 orang), Amerika dan Kanada (105 orang), Timur Tengah-Afrika (14 orang), dan Australia (70 orang).

Rencana mendatangkan diaspora ini didukung Senior Advisor Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG) Yanuar Nugroho. Menurutnya, kegiatan ini bagian dari penguatan kemampuan riset para peneliti dan perekayasa yang ada di Indonesia saat ini.

Yanuar mengusulkan selama lima tahun ke depan fokus pada pengembangan kapasitas para SDM Iptek. 

“Dalam lima tahun ke depan itu peningkatan kemampuan peneliti pada bidang-bidang strategis,” terangnya. Menurut Yanuar dalam menghasilkan talenta dalam bidang Iptek ini juga diperlukan kerjasama lintas kementerian. 

Pembentukan kemampuan riset sudah harus mulai dari hulu yaitu dari bangku sekolah, dasar hingga perguruan tinggi yang menjadi wewenang Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Dan Teknologi.

Read Next