logo

Kampus

Guru Besar FIA UB: Kebijakan Keuangan yang Tepat, Tingkatkan Kinerja Asuransi

Guru Besar FIA UB: Kebijakan Keuangan yang Tepat, Tingkatkan Kinerja Asuransi
Muhammad Saifi saat menyampaikan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Manajemen Keuangan pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. (Istimewa)
Fathul Muin, Kampus14 Maret, 2022 20:45 WIB

Eduwara.com, MALANG — Guru Besar bidang Ilmu Manajemen Keuangan pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB), Muhammad Saifi, mengatakan kebijakan keuangan yang tepat menjadi kunci untuk meningkatkan kinerja perusahaan asuransi.

Hal itu dikatakan Muhammad Saifi dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar bidang Ilmu Manajemen Keuangan FIA UB, akhir pekan lalu.

Kebijakan Keuangan Terpadu, kata Saifi, dirumuskan dengan lima unsur dasar, yakni corporate governance, intellectual capital, investment policy, capital structure policy dan dividend policy.

"Kebijakan keuangan terpadu merupakan bagian dari ilmu manajemen keuangan dan bisnis yang berorientasi pada upaya mensejahterakan pemilik perusahaan," katanya.

Model kebijakan keuangan terpadu tersebut didapat dari pengambilan sampel di delapan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai 2018 hingga 2020. Sampel perusahaan asuransi ini menarik diangkat karena semakin meningkatnya tren masyarakat membutuhkan perlindungan atas apa yang dimiliki. Namun jangan sampai kejadian gagal bayar polis pada 2019 terulang kembali. 

Secara umum, kata Saifi, laba perusahaan asuransi turun dari 2019 di angka Rp 0,69 triliun menjadi Rp 0,64 triliun pada 2020. Jumlah perusahaan asuransi yang tiap tahun mengalami fluktuasi cenderung turun pada 2020.

"Ini membuktikan bahwa asuransi-asuransi tersebut belum melakukan kebijakan keuangan yang tepat," ucap Saifi yang merupakan profesor aktif ke 12 di FIA dan ke 163 di UB itu.

Menurut Saifi, kebijakan keuangan yang tepat untuk meningkatkan kinerja perusahaan diawali dari tata kelola perusahaan yang tepat. Agar perusahaan tetap objektif, efisien dan berorientasi pada tujuan maka pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya perlu mengambil bagian dalam tata kelola perusahaan.

Selanjutnya, kemampuan bersaing perusahaan tidak pada kepemilikan aktiva berwujud saja, tetapi aktiva yang tidak berwujud lebih pada inovasi, pengelolaan organisasi, skill dan sumber daya yang dimilikinya.

"Perusahaan akan menitikberatkan pentingnya aset pengetahuan (knowledge asset). Salah satu pendekatan penilaian aset pengetahuan adalah modal intelektual," ucapnya. Dua poin penting tersebut bisa mendorong diambilnya kebijakan keuangan yang baik. 

Pada dasarnya kebijakan keuangan dalam perusahaan mencakup tiga bidang, yaitu kebijakan investasi, kebijakan struktur modal, dan kebijakan dividen.

Keunggulan model kebijakan keuangan terpadu ini yaitu menggabungkan antara corporate governance, intellectual capital, investment policycapital structure policy dan dividend policy menjadi satu kesatuan analisis sehingga tujuan perusahaan untuk kesejahteraan pemilik bisa tercapai. 

Kelemahan dari model baru ini berkaitan dengan kebijakan struktur modal yang mengutamakan pada penggunaan modal internal dari pada modal eksternal.

Read Next