logo

EduBocil

HMPS PG PAUD Unisri Ajak Orang Tua Pahami Bahasa Cinta

HMPS PG PAUD Unisri Ajak Orang Tua Pahami Bahasa Cinta
Webinar Nasional 2.0 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Guru PAUD Universitas Slamet Riyadi, Solo, Sabtu (22/1/2022). (Eduwara.com/Dok. Istimewa Zoom)
Redaksi, EduBocil23 Januari, 2022 06:26 WIB

Eduwara.com, SOLO—Lima bahasa cinta yang terdiri atas words of affirmation, acts of service, receiving gifts, quality time, dan physical touch harus diimplementasikan oleh orang tua. Pengimplementasian itu dilakukan dalam proses pendidikan anak ketika di dalam rumah.

Hal tersebut diungkapkan Kabid PAUD Dinas Pendidikan Kota Solo, Galuh Murya Widawati, dalam Webinar Nasional 2.0 dengan judul Kepribadianku Terbentuk Karena Bahasa Cintamu, Sabtu (22/1/2022). Webinar itu diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Guru PAUD Universitas Slamet Riyadi (Unisri), Solo.

"Perilaku orang tua sangat penting dalam proses pendidikan anak di rumah, kenapa? Karena orang tua menjadi model bagi anaknya. Maka, orang tua harus membangun karakter dan perilaku anak dengan bahasa cinta," tambah Galuh.

Menurut dia, lima bahasa cinta adalah pupuk kehidupan anak. Nantinya, orang tua akan memanen dan merasakannya. Kemudian, orang tua harus bisa memberikan kenyamanan. Jika bisa melakukan hal itu, anak-anak akan selalu jatuh cinta pada orang tuanya.

Pemateri lain, salah seorang Dosen PG-PAUD Universitas Nusa Cendana Kupang, Beatriks Novianti Bunga menjelaskan inner child yang disebabkan adanya kekerasan verbal bagi anak. Menurutnya, kekerasan verbal berdampak pada kondisi psikologis anak.

Kepribadian

Dampak yang ditimbulkan seperti anak menjadi tidak peka dengan perasaan orang lain dan menjadi agresif. Selain itu anak akan memiliki kepribadian antisosial, memiliki gangguan emosi, dan hubungan sosial terganggu. Bahkan bisa menciptakan lingkaran setan dalam keluarga yang muaranya bisa melakukan bunuh diri.

Paparan Galuh Murya Widawati dalam Webinar Nasional 2.0 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Guru PAUD Universitas Slamet Riyadi, Solo, Sabtu (22/1/2022). (Eduwara.com/Dok. Istimewa Zoom)

 

Kemudian, Beatriks memperlitahkan data-data terkait kasus kekerasan verbal, fisik, dan psikis pada anak selama pandemi. "Menurut penelitian pada 2021 oleh WVI, sekitar 270 dari 943 anak mengalami kekerasan verbal ketika pandemi. KPIA pada Juni 2020 mengambil sampel 25.146 anak menghasilkan kekerasan fisik seperti dicubit, jewer, dipukul, dan ditarik. Selain itu juga mengalami kekerasan psikis seperti dimarahi, dibandingkan dengan anak lain, dibentak, dan dipelototi," jelas dia.

Pemateri selanjutnya, Agus Setiawan memaparkan tentang bahasa ayah kepada anak. Dia mengatakan banyak ayah tidak bisa berbicara dengan anaknya.

"Kalaupun bisa pertanyaannya pun ringkas. Misalnya sudah salat? sudah mengerjakan PR?, ketika ditanya seperti itu jawabnya pasti hanya sudah. Padahal anak senang sekali ditanya tentang hobinya. Bisa dicoba sesekali bertanya terkait hal itu," kata dia yang juga mahasiswa semester tiga PG PAUD Unisri itu.

Agus memberikan tiga jurus agar anak merasa dicintai oleh orang tuanya. Pertama seringlah menyentuh fisik anak seperti menepuk bahu kanan anak laki-laki. Kedua sering ucapkan cinta secara privat, sehingga anak merasa dicintai. Ketiga sering berdoa di depan anak.

"Mendoakan di depan anak dibiasakan agak dikeraskan. Misalnya saat mengantar ke sekolah, sebelum masuk didoakan pintar ya nak, patuh ya sama bapak ibu guru. Dengan hal itu karakter anak akan benar-benar seperti yang didoakan," jelas dia. (K. Setia Widodo)

Editor: Riyanta

Read Next