logo

Kampus

Ikut Program Pejuang Muda, Tiga Mahasiswa UNY Turut Kembangkan Tempe Biji Karet

Ikut Program Pejuang Muda, Tiga Mahasiswa UNY  Turut Kembangkan Tempe Biji Karet
Tempe biji karet yang sudah diberi ragi (UNY)
Setyono, Kampus18 Maret, 2022 10:29 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Terlibat dalam program 'Pejuang Muda' yang digagas tiga Kementerian, tiga mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berpartisipasi dalam proyek pembuatan tempe berbahan biji karet di Sumatra Utara.

Program ini diluncurkan agar mahasiswa berperan dalam penanganan kemiskinan dan masalah sosial di masyarakat.

Ketiga mahasiswa yang terlibat dalam proyek ini adalah Tegar Ristianto dan Alifah Nur Aqrimah dari prodi Pendidikan Sejarah, Aji Nur Wijaksono dari prodi Pendidikan Fisika.

Ditempatkan di Desa Babat, Kecamatan Penukal, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, mereka bergabung dengan Mangara Klose Siahaan dari prodi Teknik Sipil dari Institut Teknologi Sumatera, Gulfi Oktariani serta Nadya Lucyana prodi Sistem Komputer Universitas Sriwijaya (Unsri).

"Pejuang Muda merupakan program sinergi antara Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi serta Kementerian Agama," kata Tegar Ristianto, Jumat (18/3/2022) pagi.

Pemilihan biji karet sebagai proyek pengembangan lapangan kerja baru ini didasarkan pada kondisi banyaknya biji karet yang belum dimanfaatkan sebagai bahan baku olahan pangan.

Biji karet yang jatuh dari pohon hanya dibiarkan begitu saja dan hanya sebagian yang digunakan sebagai bibit oleh petani. Padahal jika dikelola baik, biji karet memiliki nilai jual dan potensi besar.

"Tim memilih menjadikan biji karet menjadi tempe. Ini adalah makanan  sehari-hari masyarakat. Satu biji karet mengandung 31,6 persen karbohidrat, 15,6 persen protein, 40,9 persen lemak dan sisanya adalah mineral serta asam sianida," jelasnya.

Dalam teknik pengolahan agar biji karet bisa dikonsumsi, asam sianida harus dihilangkan dengan perendaman 24 jam dan perebusan 90 menit. Asam sianida mempunyai sifat mudah larut dan mudah menguap sehingga saat perendaman akan terbuang bersama air. Sedangkan proses perebusan zat linamerase dan asam sianida akan terakumulasi.

Biji karet yang terbebas dari asam sianida ini kemudian diolah dan diberi ragi untuk mempercepat proses pertumbuhan jamur selama dua kali 24 jam dan siap dikonsumsi.

"Tempe dari biji karet lebih lembut daripada tempe kedelai, tidak cepat menjadi busuk dan dapat disimpan selama dua minggu di dalam lemari es," papar Alifah Nur Aqrimah.

Kepala Desa Babat Arie Meidiansyah, mengucapkan terimakasih kepada mahasiswa program Pejuang Muda yang berkenan menyelenggarakan kegiatan yang positif bagi masyarakatnya.

"Saya berharap masyarakat mengambil ilmu dan bisa menyebarluaskan sehingga pemanfaatan biji karet memiliki nilai jual serta dapat menambah penghasilan keluarga," katanya.

Read Next