logo

Kampus

Profesor dari ITS Teliti Manfaat Jamur Pelapuk Kayu sebagai Biodegradasi

Profesor dari ITS Teliti Manfaat Jamur Pelapuk Kayu sebagai Biodegradasi
Profesor dari ITS Teliti Manfaat Jamur Pelapuk Kayu sebagai Biodegradasi (ITS)
Bunga NurSY, Kampus18 Maret, 2022 07:47 WIB

Eduwara.com, SURABAYA— Profesor dari Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Adi Setyo Purnomo SSi MSc PhD berinovasi memanfaatkan jamur pelapuk kayu sebagai biodegradasi limbah industri.

Sebagai pendahuluan, Adi menyampaikan latar belakang pemanfaatan jamur sebagai biodegradasi limbah karena jamur memiliki banyak enzim yang dapat digunakan untuk menguraikan polutan-polutan. 

Pada umumnya, jamur pelapuk kayu dibagi menjadi dua jenis yaitu jamur pelapuk kayu putih dan jamur pelapuk kayu coklat. “Karena jarang diteliti, saya tertantang untuk meneliti jamur pelapuk kayu coklat,” paparnya seperti dikutip dari situs resmi ITS, Kamis (17/3/2022).

Dia menuturkan bahwa secara teori, jamur pelapuk kayu coklat mengandung senyawa radikal hidroksil yang mampu mendegradasi struktur kimia kompleks pada limbah polutan. Selain itu, Adi menemukan jamur pelapuk kayu coklat, khususnya spesies Fomitopsis pinicola, diketahui memiliki kemampuan degradasi limbah yang sangat tinggi.

Adi mengungkapkan bahwa jamur memiliki kemampuan adaptasi lingkungan yang tinggi seperti yang mengandung toksisitas tinggi, pH rendah, dan nutrisi yang sedikit. Oleh karena itu, jamur dinilai sesuai untuk menjadi agen pendegradasi limbah-limbah kimiawi. “Tapi durasi proses biodegradasi ini memakan waktu yang lama yaitu dua minggu,” jelasnya.

Untuk mempercepat proses biodegradasi, Adi mengombinasikan jamur tersebut dengan bakteri yang memiliki kemampuan biodegradasi yang tinggi seperti Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, dan Ralstonia pickettii

Selain itu, Adi juga membuat produk berupa super-adsorpsi yang mengandung jamur dan bakteri agen pendegradasi. “Saya membuat super-adsorpsi agar proses degradasi limbah menjadi lebih cepat,” ungkapnya.

Meski begitu, lanjutnya, super-adsorpsi tersebut belum memiliki tingkat efisiensi yang tinggi. “Kesulitannya karena ini berisi jamur dan bakteri sehingga proses pembuatannya masih satu persatu dan dalam kondisi steril,” terangnya.

Untuk penelitian ke depannya, Adi menyampaikan bahwa akan tetap terus mengembangkan proses degradasi limbah industri seperti degradasi limbah plastik dengan memanfaatkan berbagai potensi di alam. “Harapannya juga, melalui penelitian-penelitian tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata dengan sempurna,” tutupnya.

Read Next