logo

Sekolah Kita

Ini Tantangan Dunia Pendidikan Indonesia!

Ini Tantangan Dunia Pendidikan Indonesia!
Ilustrasi (Istimewa)
Redaksi, Sekolah Kita01 Agustus, 2022 14:31 WIB

Eduwara.com, SOLO – Kemajuan pendidikan di Indonesia masih dilingkupi berbagai tantangan, mulai dari angka partisipasi siswa di tingkat prasekolah dan pendidikan tinggi yang masih kurang dari 40 persen hingga kurang memadainya hasil pendidikan dasar dan menengah yang  belum bisa direfleksikan sebagai landasan berpikir.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK), Iwan Setiyoko dalam Serial Diskusi Pendidikan Merdeka Belajar: Telaah Kritis Program Sekolah Penggerak, Jumat (29/7/2022). Diskusi yang diselenggarakan Masyarakat Peduli Pendidikan Surakarta (MPPS) itu diadakan di kantor Yayasan Kepedulian untuk Anak (KAKAK), Purwosari, Solo.

Menurutnya, kurang meratanya infrastruktur sekolah sangat berpengaruh kepada kualitas pendidikan. Di sisi lain, di ranah pendidikan tinggi yang masih juga banyak permasalahan seperti tidak ada sinkronisasi antara kurikulum yang digunakan di pendidikan tinggi dengan kesiapan para lulusannya di dunia kerja.

“Ada beberapa isu yang berkontribusi pada rendahnya hasil pembelajaran peserta didik. Pertama, terkait dengan kapasitas guru. Masih banyak guru yang hanya memerankan diri sebagai penerus pengetahuan yang dimilikinya. Jadi tidak memerankan sebagai fasilitator perubahan, yang mana tidak hanya meneruskan pengetahuan namun juga membangun pemikiran siswa,” ujar dia.

Kedua, sambung Iwan, kurikulum pendidikan di Indonesia terkesan kaku dan fokus pada konten. Belum lagi infrastruktur sekolah kurang memadai, termasuk yang diakibatkan oleh bencana. Kemudian tata kelola pendidikan yang belum mendukung maksimalnya hasil pembelajaran, serta rendahnya hasil pembelajaran di perguruan tinggi.

“Saya sempat diskusi dengan teman-teman di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), yang mana sekarang ini sebagian di antara mereka banyak yang pelarian. Jadi daripada tidak kuliah mereka masuk ke situ. Ini menjadi salah satu tantangan karena mahasiswa yang masuk ke FKIP tidak berdasarkan keinginan, peminatan, dan kapasitasnya. Maka hasilnya juga akan sama ketika mereka menjadi seorang pendidik.” kata dia. (K.Setia Widodo)
 

Read Next