logo

Kampus

Penuhi Keinginan Warga Setempat, Tim KKN UNY Bahas Pernikahan Dini

Penuhi Keinginan Warga Setempat, Tim KKN UNY Bahas Pernikahan Dini
Demi menambah wawasan masyarakat mengenai pernikahan dini, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menggelar seminar bertema 'Kenali Potensi Untuk Perencanaan Masa Depan'. (UNY)
Setyono, Kampus01 Agustus, 2022 14:11 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Demi menambah wawasan masyarakat mengenai pernikahan dini, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menggelar seminar bertema 'Kenali Potensi Untuk Perencanaan Masa Depan'.

Dilangsungkan Minggu (31/7/2022), mahasiswa yang tergabung dalam tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) tersebut menjadikan kegiatan ini sebagai programnya di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Sleman.

Ketua KKN Ramadhan Mustofa menerangkan kegiatan pemberian wawasan itu dibuat atas permintaan warga untuk mencegah pernikahan dini yang terjadi di kalangan remaja.

"Kami memilih Dosen Kimia Fakultas Matematika dan IPA UNY Das Salirawati sebagai pembicara dalam seminar ini karena punya pengalaman sebagai Kepala Pusat Studi Wanita dan Gender UNY," katanya dalam rilis, Senin (1/8/2022).

Wakil Ketua Karang Taruna Tunggularum Zainuddin merasa gembira dengan adanya sosialisasi ini karena memberikan pencerahan tentang apa yang sebaiknya dilakukan oleh remaja sebelum menikah.

"Kami juga berharap akan adanya sosialisasi tahap berikutnya yang diadakan pada malam hari, karena pada waktu tersebut banyak remaja dusun kami yang luang waktunya" katanya.

Selain itu pada usia 20 tahun wanita secara psikologis telah siap untuk mengurus rumah tangga, dan pada usia 25 tahun pria juga telah siap menjadi kepala keluarga.

Dia menyebut beberapa sebab pernikahan dini diantaranya karena 'kecelakaan' akibat melakukan pergaulan bebas, karena putus sekolah atau karena permintaan orang tua. 

Menurutnya, sampai saat ini masih ada sebagian orang tua yang berpendapat bahwa anak perempuan identik dengan pekerjaan di dapur, artinya  anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena akhirnya ke dapur juga.

"Anggapan ini sulit diubah karena biasanya orang tua yang kolot menganggap hanya pemikiran mereka yang benar, sedangkan anak tidak berhak untuk menasehati memberi masukan kepada mereka," terangnya.

Das Salirawati mengajak warga mencegah pernikahan dini karena membawa dampak dari aspek sosial, psikologis, dan biologis. Menikah pada usia dini memberikan beban sosial bagi si anak, tekanan psikologis jika anak tidak mampu beradaptasi dengan kehidupan yang dijalaninya.

"Secara biologis sebenarnya organ reproduksi si ibu belum cukup siap untuk menerima kehadiran seorang anak di dalam rahimnya," jelasnya.

Pengalaman, kedewasaan, kematangan berpikir sangat diperlukan bila seseorang ingin menikah. Jiwa mandiri yang belum terbentuk, kekanak-kanakan, rasa tanggung jawab yang kurang, dan kurangnya pengalaman merupakan beberapa penyebab tidak berhasilnya mereka membina rumah tangga di usia dini.

Dosen Kimia FMIPA UNY Das Salirawati memaparkan seseorang dikatakan nikah dini ditinjau dari usia dan kematangan mentalnya belum cukup untuk memasuki dunia rumah tangga.

"Secara biologis, wanita siap untuk bereproduksi pada usia 20 tahun, sedangkan untuk pria 25 tahun. Pada usia itulah organ-organ reproduksi siap untuk berfungsi secara optimal, artinya sel telur siap untuk dibuahi dan sel sperma baik untuk pembuahan," katanya.

Read Next