logo

Sekolah Kita

Ini Tiga Pilihan Jalur untuk Mulai Menerapkan Kurikulum Merdeka

Ini Tiga Pilihan Jalur untuk Mulai Menerapkan Kurikulum Merdeka
Academic Manager di Sekolah Bina Cita Utama Palangkaraya, Indriyati Herutami dalam webinar Sapa GTK episode ke-6: Ciptakan Pembelajaran Bermakna dan Berkualitas Melalui Asesmen Awal dan Pembelajaran Terdiferensiasi, Jumat (1/7/2022). (Kemendikbudristek)
Redaksi, Sekolah Kita04 Juli, 2022 14:33 WIB

Eduwara.com, JAKARTA – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyiapkan tiga jalur alternatif bagi institusi maupun tenaga pendidik dalam mengadopsi kerangka Kurikulum Merdeka.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek Iwan Syahril dalam webinar Sapa GTK episode ke-6: Ciptakan Pembelajaran Bermakna dan Berkualitas Melalui Asesmen Awal dan Pembelajaran Terdiferensiasi, Jumat (1/7/2022) mengatakan, pihaknya telah menyiapkan angket untuk membantu satuan pendidikan menilai tahap kesiapan dirinya sebelum menggunakan Kurikulum Merdeka.

“Terdapat tiga pilihan jalur sesuai dengan kondisi dan situasi setiap satuan pendidikan. Jalur pertama, yaitu Mandiri Belajar. Pilihan Mandiri Belajar memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan saat menerapkan Kurikulum Merdeka pada beberapa bagian, tanpa mengganti kurikulum yang sedang diterapkan pada satuan pendidikan PAUD, kelas I, IV, VII dan X,” terang Iwan lewat siaran pers dalam laman resmi Kemendikbudristek, Senin (4/7/2022).

Iwan menambahkan, jalur kedua yang dapat dipilih adalah Mandiri Berubah. Pilihan itu memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan saat menerapkan Kurikulum Merdeka dengan menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan pada satuan pendidikan PAUD, kelas I, IV, VII dan X.

Adapun jalur ketiga adalah Mandiri Berbagi, di mana satuan pendidikan diberikan keleluasaan menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar pada satuan pendidikan PAUD, kelas I, IV, VII dan X.

Lebih lanjut, tambahnya, dalam impelementasi Kurikulum Merdeka, para guru juga perlu menerapkan asesmen awal pembelajaran dan pembelajaran terdiferensiasi.

Menurut dia, dengan melakukan asesmen di awal pembelajaran, guru dapat mengumpulkan dan mengolah informasi untuk kemudian mengelompokkan para siswa berdasarkan tingkat capaian dan kemampuan yang serupa.

“Setelah mengetahui data dan kondisi para murid, guru dapat memberikan intervensi pengajaran dan beragam aktivitas pembelajaran sesuai dengan level pembelajaran tersebut, bukan hanya melihat dari usia dan kelasnya. Guru mengajarkan kemampuan dasar yang perlu dimiliki peserta didik dan menelusuri kemajuannya,” tegas Iwan.

Sementara itu, Academic Manager di Sekolah Bina Cita Utama Palangkaraya Indriyati Herutami menjelaskan, pada dasarnya asesmen merupakan bagian terpadu dalam proses pembelajaran. Asesmen merupakan fasilitasi pembelajaran dan penyediaan informasi secara holistik, sebagai umpan balik pada peserta didik dan orang tua, agar dapat memandu mereka dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya.

Indriyati yang juga merupakan konsultan Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) tersebut menjelaskan bahwa proses merancang pembelajaran dan asesmen adalah satu kegiatan saling berkaitan, terpadu, dan tidak terpisah. Pada saat merancang pembelajaran, guru juga harus memperkirakan bentuk asesmennya. (K. Setia Widodo)

Read Next