logo

Kampus

ISI Solo Kukuhkan Mantan Rektor Jadi Guru Besar

ISI Solo Kukuhkan Mantan Rektor Jadi Guru Besar
Prof Dr.Drs. Guntur, M. Hum berpidato saat pengukuhan dirinya sebagai guru besar di Pendopo GPH Jayakusma ISI Solo, Selasa (21/12/2021). (Eduwara.com/Istimewa. Dok. ISI solo)
Redaksi, Kampus21 Desember, 2021 21:25 WIB

Eduwara.com, SOLO—Institut Seni Indonesia (ISI) Solo baru saja mengukuhkan Prof. Dr.Drs. Guntur, M. Hum sebagai guru besar Bidang Ilmu Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa/Kriya, Selasa (21/12/2021).

Guntur merupakan dosen Jurusan Seni Kriya Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Surakarta atau Solo. Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul Kriya Retro Beautifikasi dan Legitimasi Artistik, Guntur menyoroti fenomena merebaknya produksi dan konsumsi objek kriya retro.

"Banyak orang yang mengenakan batik lawasan, wajah rumah dihiasai gebyog ukir kayu, baik yang lawasan atau baru. Garasi mobil dan pagar rumah dibangun dari material bekas kandang kerbau, furniture atau aksesoris bergaya lama menghiasi rumah pribadi," kata dia.

Pengajar yang pernah menjabat sebagai Rektor ISI Solo periode 2017-2021 itu juga mengungkapkan, pada ranah publik banyak dijumpai bentuk, warna, dan gaya bangunan masa lampau menjadi fasilitas publik. 

Selain itu, banyak rumah tradisional dijadikan gedung tempat bisnis dan museum. Rumah pribadi dijadikan toko, kedai kopi, dan rumah makan. Sebagian di antaranya bersifat alih fungsi. Namun sebagain menggunakan material yang baru atau material lama untuk bangunan baru.

"Interior kota, seperti jalan dihiasi dengan furnitur yang berupa mebel bergaya lama. Lampu jalan tidak hanya berfungsi sebagai penerangan, tetapi memberi kesan bentuk dan gaya masa lampau," ungkap Guntur.

Memori Masa Lampau

Menurut Guntur, objek kriya retro menjadi bagian kehidupan sehari-hari agar dapat bernostalgia dan tidak kehilangan memori masa lampau. Objek kriya retro juga sebagai wahana dan sarana beautifikasi hingga memperoleh derajat legitimasi artistik.

Guntur berpendapat, saat ini sedang terjadi ledakan estetika. Sesuatu yang tidak estetik, dibuat atau dipahami sebagai estetis. Istilah lain yang digunakan yaitu beautifikasi, yaitu tindakan artistik untuk memperoleh respon estetik.

"Praktik beautifikasi adalah tindakan menghias, mengubah, atau memodifikasi, dan mengadaptasi. Beautifikasi domestik seperti rumah tidak hanya sekadar tempat tinggal dan perabot di dalamnya sebagai penghias saja. Tetapi juga merepresentasikan identitas diri dan citra rasa pemiliknya," urai dia.

Jajaran Senat ISI Solo dalam Sidang Terbuka Senat Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Drs. Guntur, M. Hum di Pendopo GPH Jayakusma ISI Solo, Selasa (21/12/2021). (Eduwara.com/Istimewa. Dok. ISI solo)

 

Lebih lanjut, Guntur menjelaskan beautifikasi ranah domestik merupakan aktivitas merekonstruksi identitas, perasaan, dan idelogi untuk membentuk rasa memiliki kembali pada sebuah benda. 

Sedangkan, beautifikasi kota atau publik merupakan saran pembangkit rasa dan ikatan mendalam antar warga. Kota memungkinkan terbentuknya pengalaman, sejarah, dan hubungan warga. "Beautifikasi kota dapat menjadi instrumen untuk mengekspresikan nilai budaya, mengedukasi warga, dan memberikan kesan kepada warga yang lain," terang Guntur.

Upacara pengukuhan yang diselenggarakan di Pendapa GPH Jayakusuma ISI Solo itu disiarkan secara live streaming di kanal YouTube ISI Surakarta Official.

Dalam acara tersebut, Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Ganjar Pranowo memberi sambutan dan ucapan selamat sebelum acara pengukuhan dibuka. "Dengan penambahan guru besar, saya yakin ISI solo akan semakin berkibar. ISI Solo akan melahirkan orang-orang kreatif yang selalu bisa menghadapi zaman dengan karya dan memberi manfaat bagi kehidupan" ungkap Ganjar.

Selain itu, Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka yang juga turut hadir, dalam sambutannya mengungkapkan kebanggaannya kepada Guntur. "Semoga Prof. Guntur dapat memberi motivasi dan menjadi inspirasi kepada civitas akademika ISI Solo. Saya berharap Prof. Guntur terus memberikan sumbangsih pemikiran untuk pengembangan seni dan budaya khususnya di Kota Solo. Saya turut bahagia dan bangga," turur Gibran. (M. Diky Praditia)

 

Editor: Riyanta

Read Next