logo

Kampus

Jadi PTNBH, Penelitian di Universitas Brawijaya Diarahkan lebih Komprehensif

Jadi PTNBH, Penelitian di Universitas Brawijaya Diarahkan lebih Komprehensif
Wakil Rektor V Bidang Riset dan Inovasi UB, Bambang Susilo (kanan), saat memberikan keterangan pers di Malang, Selasa (25/1/2022). (EDUWARA/Fathul Muin)
Fathul Muin, Kampus26 Januari, 2022 03:31 WIB

Eduwara.com, MALANG — Penelitian di Universitas Brawijaya (UB) diarahkan lebih terintegrasi, sinkron, dan komprehensif dengan berubahnya status PTN tersebut sebagai PTN Badan Hukum (PTNBH).

Wakil Rektor V Bidang Riset dan Inovasi UB, Bambang Susilo, mengatakan ada dua hasil penelitian dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) pada 2021 yang tahun ini sudah siap untuk piloting ke Direktorat Inovasi dan Inkubator Bisnis (DI2B) untuk dihilirisasi. 

"Saat ini sebagai WR V tugas saya mengintegrasikan dan mensinkronkan riset-riset UB yang bisa dihilirisasi," katanya, Selasa (25/1/2022).

Jika dulu Badan Inovasi dan Inkubator Wirausaha  mengerjakan pekerjaan sendiri, LPPM mengerjakan riset dan pengabdian sendiri dan kurang koordinasi, kata dia, maka sekarang dijadikan satu sehingga akan lebih terintegrasi sistem kerjanya. Jadi riset yang sudah mempunyai tingkat kesiapan teknologi (TKT) tinggi bisa digeser ke program kerja DI2B untuk hilirisasi.

Bambang menambahkan, setelah sampai di DI2B maka penelitian tersebut akan diinkubasi sampai layak teknis, ekonomi, sosial dan berkelanjutan, untuk selanjutnya dikomersialkan lewat Badan Pengelola Usaha atau BPU atau juga dikomersialkan melalui investor swasta. 

"Saya berharap ke depan penelitian lebih komprehensif dari dasar sampai terapan," katanya.

Kepala Pusat Inovasi Direktorat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Brawijaya, Anang Lastriyanto, mengatakan perguruan tinggi dituntut untuk selalu berinovasi yang berorientasi pada kemanfaatan dan peningkatan taraf hidup/ kesejahteraan masyarakat melalui hilirisasi hasil penelitiannya.

Karena itulah, kata dia, Pusat Inovasi Universitas Brawijaya merasa terpanggil dan ikut bertanggung jawab mewujudkan inovasi guna meningkatkan mutu dan efisiensi proses industri melalui hilirisasi teknologi.  

Pengalamannya sebagai peneliti, kata dia, melakukan hilirisasi melalui implementasi hasil penelitian dan pengembangan yang berkelanjutan pada teknologi tepat guna proses agroindustri tekanan rendah berbasis pompa vakum sistem jet air dengan harapan hasil penelitian tersebut dapat tersampaikan dan terverifikasi secara nyata di masyarakat. 

"Pada gilirannya terbentuk jaringan suplai bahan baku hingga jasa pendukungnya, bahkan sudah melibatkan importir dan eksportir," katanya. 

Di dunia riset, kata dia, telah memunculkan riset kelas dunia tentang teknologi tekanan rendah dari mahasiswa, dosen dan peneliti Indonesia. Dari unsur pemerintah, program pemberdayaan UMKM berbasis penggoreng vakum yang melibatkan masyarakat dan antar kementerian, munculnya SNI, dan persyaratan test report bagi mesin yang akan diterapkan di masyarakat. 

Dari dunia bisnis, munculnya bisnis terkait dengan teknologi penggoreng vakum, terciptanya pasar yang terkait penyediaan suku cadang hingga jasa pendukungnya terutama pengemasan dan transportsi.   

Menurut dia, perguruan tinggi mempunyai tanggung jawab untuk menginovasi proses agroindustri dalam mengurangi kerusakan, meningkatkan nilai tambah dan  mampu menyerap tenaga kerja yang banyak dengan berbagai tingkat dan keahlian

Pengembangan sektor pertanian perlu dilakukan, kata dia, karena merupakan sektor andalan dalam menghemat dan menghasilkan devisa bagi negara. Usaha-usaha yang terprogram dan berkelanjutan telah dilakukan UB melalui peningkatan produktivitas, menekan kehilangan pascapanen, hingga diversifikasi olahan menjadi produk hilir.

Read Next