logo

Gagasan

Kemenag Solo: Masjid Ramah Anak bukan Hal Mustahil

12 Oktober, 2022 21:28 WIB
Kemenag Solo: Masjid Ramah Anak bukan Hal Mustahil
Sarasehan Takmir Masjid Untuk Menuju Masjid Ramah Anak, Rabu (12/10/2022) di Hotel Sahid Jaya Solo. (EDUWARA/Kemenag Solo)

Eduwara.com, SOLO – Kementerian Agama (Kemenag) Kota Solo melalui Seksi Bimbingan Masyarakat (Bimas) menggelar Sarasehan Takmir Masjid Untuk Menuju Masjid Ramah Anak, Rabu (12/10/2022) di Hotel Sahid Jaya Solo. Acara tersebut mengundang 30 orang yang terdiri atas takmir dan lintas sektoral tingkat kecamatan di Kota Solo.

Kepala Kantor Kemenag Kota Solo, Hidayat Maskur dalam sambutannya mengarahkan para takmir untuk mewujudkan masjid yang ramah anak merupakan hal besar yang memberikan social impact.

“Menjaga ukhuwah bersama menuju masjid ramah anak butuh rangkulan, butuh asuhan dari Kemenag. Adanya perbedaan pemikiran merupakan hal yang wajar. Hal itu merupakan tugas kita bersama untuk tetap menjaga toleransi, ketertiban, ukhuwah persatuan dan menata hati," kata Hidayat Maskur seperti dilansir Eduwara.com, Rabu (12/10/2022), dari laman Kemenag Solo.

Kota Solo, sambung dia, merupakan salah satu kota yang kecil namun memiliki panggung yang besar. Oleh karena itu, menurut Maskur, menjadikan masjid yang ramah anak bukanlah suatu hal yang mustahil.

Hal yang perlu dikelola sebaik mungkin dan dipikirkan untuk jangka panjang ialah penyediaan sarana dan prasarana yang ramah bagi anak, pendampingan, dan pengawasan dari orang tua kepada anak saat di masjid. Kemudian pengarahan dari takmir masjid tentang menciptakan rumah ibadah yang aman, nyaman, dan bebas dari intervensi politik dan suatu golongan apapun.

Penyuluh Agama Islam Fungsional (PAIF) Kecamatan Pasar Kliwon, Joko Sarjono mengatakan manajemen masjid perlu mengoptimalkan fungsi masjid sebagai rumah ibadah dan tempat pendidikan agama bagi anak.

Selain itu, terdapat pekerjaan rumah bagi semua pihak yang tidak lepas dengan kondisi sekarang ini. Pada awalnya ada larangan untuk pergi ke masjid karena pandemi Covid-19. Namun, pada akhirnya perlu upaya bersama memakmurkan untuk masjid. Selain itu, juga mengajak orang-orang kembali datang ke masjid tanpa membawa identitas tertentu.

"Indonesia bukanlah negara sekuler, dengan tidak menjadikan masjid sebagai tempat politik dan hal-hal lain yang tidak perlu, kita sudah dapat dikatakan berusaha sebagai muslim yang sebaik-baiknya dan sadar untuk mencapai kesejahteraan bersama demi terwujudnya masjid yang ramah anak," ungkap dia. (K. Setia Widodo/*)

Read Next