logo

Vokasi

Lewat "Program Makmur", PT PKT Didik Petani Milenial Raih Sukses

Lewat "Program Makmur", PT PKT Didik Petani Milenial Raih Sukses
Acara talk show bertema Cerita Petani Millennial, Mendapat Berkah dari Kebun yang digelar Demfarm.id secara daring, Minggu (28/11/2021). Eduwara.com/Istimewa Defarm.id
Redaksi, Vokasi29 November, 2021 18:56 WIB

Eduwara.com, JAKARTA—PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT)  dengan Program Makmur memberikan binaan dan bimbingan kepada petani, khususnya petani milenial untuk dapat memaksimalkan hasil pertanian di Indonesia. Hasilnya, petani milenial sukses meraup untung dari dunia pertanian.

Hal itu terungkap dalam talk show bertema Cerita Petani Millennial, Mendapat Berkah dari Kebun yang digelar Demfarm.id, Minggu (28/11/2021), bertepatan dengan peringatan Hari Menanam Pohon Nasional. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring dengan menghadirkan 100 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari blogger, jurnalis, dan masyarakat umum di wilayah Indonesia. 

Dalam siaran pers yang diterima Eduwara.com dari penyelenggara, Minggu (28/11/2021), disebutkan Talk show ini menghadirkan tiga narasumber dengan latar belakang yang berbeda. Ketiga narasumber itu Soraya Cassandra selaku Founder Kebun Kumara, Adrian R.D. Putera selaku Project Manager Program Makmur PT Pupuk Kalimantan Timur, dan Iqbal sebagai perwakilan petani milenial binaan PKT. 

Tujuan dari kegiatan tersebut untuk meningkatkan minat generasi muda di bidang pertanian, dimulai dengan bercocok tanam dari rumah. Dengan adanya minat bertani, ke depan akan lahir petani-petani milenial yang sukses memajukan sektor pertanian Indonesia. Apalagi saat ini, menjadi petani tidak lagi bekerja dengan cara-cara lama. Petani masa kini sudah dapat menggunakan teknologi di bidang pertanian yang terus berkembang. 

Teknologi ini berfungsi sebagai potensi memperoleh keuntungan yang lebih besar. Untuk menambah gairah sektor pertanian, sejumlah program dan pengembangan pun telah dilakukan oleh pemerintah dan berbagai pihak lainnya. Salah satunya Program Makmur dari PT PKT, yang merupakan perusahaan industri pupuk terbesar di Indonesia. Program ini menjadi solusi meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani. 

Tingkatkan Produktivitas

Implementasi program tersebut terbukti mampu meningkatkan produktivitas komoditas jagung dan padi yang masing-masing sebesar hingga 42 persen dan 34 persen. Begitu juga dari sisi keuntungan petani, terjadi kenaikan, keuntungan petani jagung naik hingga 52 persen dan petani padi hingga 41 persen. 

Project Manager Program Makmur PKT, Adrian R.D. Putera, mengatakan program ini merupakan komitmen perusahaan dalam rangka meningkatkan pemberdayaan petani dan produktivitas pertanian di Indonesia. Adrian juga mengatakan pihaknya terus mendukung dan melakukan pendampingan kepada petani milenial untuk meningkatkan produktivitas dengan cara-cara yang lebih kekinian. 

“Program Makmur kami laksanakan di sejumlah wilayah tanggung jawab distribusi PKT, seperti Jawa Timur, Kalimantan, dan Sulawesi. Program ini juga merupakan upaya PKT dalam meningkatkan penggunaan pupuk nonsubsidi dalam negeri, dengan menciptakan ekosistem untuk mendorong produktivitas dan kesejahteraan petani Indonesia, termasuk petani millennial,” katanya dalam talkshow yang diinisiasi oleh Demfarm.id lewat aplikasi Zoom itu.

Disampaikan Adrian, program makmur ini memberikan ekosistem lengkap yang bertujuan meningkatkan produktivitas hingga penghasilan petani. Ekosistem di sini menghubungkan petani dengan pihak project leader, asuransi, lembaga keuangan, teknologi pertanian, pemerintah daerah, agro input, ketersediaan pupuk non subsidi, dan offtaker. "Jadi program makmur ini berlaku untuk semua petani, termasuk petani milenial. Harapan kami akan semakin banyak petani muda yang memajukan pertanian di daerah masing-masing sehingga cita-cita ketahanan pangan nasional bisa kita tercapai. Sektor ini butuh tenaga milenial,” katanya. 

Kesuksesan Program Makmur Salah satu petani milenial binaan PKT yang sudah merasakan kesuksesan adalah Iqbal. Petani milenial asal Jember ini mengaku memilih profesi menjadi petani semangka di usia muda karena ingin mematahkan stigma buruk mengenai profesi petani. 

“Menjadi petani adalah suatu pengabdian karena selain ketekunan, regenerasi juga dibutuhkan. Apalagi, kehadiran modernisasi turut memberi peluang besar untuk digarap generasi milenial demi mengambil ceruk pasar yang sangat potensial lewat inovasi dan terobosan segar,” kata dia dalam acara yang sama. 

Iqbal juga mengatakan modal dasar menjadi petani adalah ilmu. Mulai dari mengetahui strategi, pasar, dan mengadopsi teknologi pertanian. Sehingga bertani tidak lagi menjadi pekerjaan yang berat semata. “Jadi petani awalnya kita harus tau pasarnya. Punya strategi sejak awal. Jika kita paham dengan teknologi pertanian, kita lebih mudah dapat peluang untuk sukses, ini jadi latar belakang saya memilih menjadi profesi sebagai petani, kan tujuan dari kerjaan profit,” katanya. 

Dari keterangan Iqbal dalam acara Demfarm tersebut, dalam satu tahun ia bisa melakukan empat kali panen semangka dengan masa tanam selama 60 hari. Saat ini, kelompok tani milenial Iqbal berjumlah 100 petani. “Saya mengajak generasi muda kembali bertani dan mengembangkan sektor pertanian Indonesia. Jika ditinjau dari pengalaman, menjadi petani malah pekerjaan yang paling diidamkan pada masa tua seseorang. Jadi kenapa tidak kita mulai saja dari muda,” tutur dia. 

Bukan hanya Iqbal, Soraya Cassandra yang merupakan Founder Kebun Kumara juga memberikan paparan senada. Ia mengajak masyarakat untuk menjadi petani milenial dimulai dengan membuat kebun di rumah sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

“Kebun Kumara kami buat untuk mengajak lebih banyak teman Gen Z untuk memulai langkah kecil menjadi petani milenial di rumah sendiri dan membiasakan diri melakukan kebaikan untuk diri sendiri dan bumi,” ujar dia. 

Dalam kegiatan ini, Sandra berbagi tips berkebun agar terhindar dari hewan-hewan liar yang mengganggu tanaman. Misalnya untuk jenis serangga, Sandra menyarankan untuk menanam tumbuhan pengalih, seperti tanaman bunga basil, kemangi atau tanaman berdaun beraroma wangi lainnya. 

“Suka duka berkebun itu ya salah satunya gangguan serangga. Tapi kalau belum gede intervensinya itu enggak apa-apa, menandakan kebun kita itu sehat. Tapi kalau intervensinya udah gede dan tidak seimbang apalagi merugikan, kita bisa tanam tanaman pengalih. Sementara untuk hewan yang lebih gede seperti tikus, tutup semua jalan masuknya,” kata dia.

 

Editor: Riyanta

Read Next