logo

Sains

Mengenal Kanker Paru Sel Bukan Kecil dan Gejalanya

Mengenal Kanker Paru Sel Bukan Kecil dan Gejalanya
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Hematologi Onkologi Medik Ralph Girson Gunarsa dalam webinar yang digelar Yayasan Kanker Indonesia pada Jumat (26/11/2021). (Eduwara/Bhakti)
Redaksi, Sains26 November, 2021 19:14 WIB

Eduwara.com, JAKARTA – Pola hidup tidak sehat yang dibarengi dengan kebiasaan merokok merupakan salah satu penyebab utama kanker paru, termasuk yang bertipe sel bukan kecil (non-small cell lung cancer/NSCLC). Apa kira-kira gejala NSCLC?

Kanker paru di dunia mencapai 11 persen atau 2,21 juta kasus baru. Di Indonesia, kanker paru tercatat sebagai penyebab kematian sebanyak 8,8 persen dari total kasus kanker. Dari jumlah tersebut, lebih dari 80% merupakan tipe kanker paru sel bukan kecil.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Hematologi Onkologi Medik Ralph Girson Gunarsa menuturkan, gejala pada kanker paru NSCLC maupun jenis kanker paru lainnya seringkali tidak nampak pada stadium awal. Penyebabnya, seringkali kanker paru memiliki gejala yang serupa dengan penyakit umum lainnya seperti TBC sebagai dampak dari kebiasaan merokok jangka panjang. 

“Namun, gejala yang perlu diwaspadai adalah jika seseorang merasa letih, lesu, dengan penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, batuk yang semakin parah, dahak berdarah, suara serak, nafas pendek, dengan infeksi paru yang berulang disertaki demam, nyeri pada area dada, dan nafsu makan hilang,” tutur Ralph dalam webinar yang digelar Yayasan Kanker Indonesia pada Jumat (26/11/2021).

Webinar itu diselenggarakan dalam rangka Bulan Kesadaran Kanker Paru bekerjasama dengan perusahaan farmasi multinasional yang berfokus dalam penelitian dan pengembangan obat dan vaksin Merck Sharp & Dohme (MSD).

Ralph menuturkan terdapat beberapa subtipe NSCLC yaitu adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, dan sel besar karsinoma. Adenokarsinoma berawal dari sel-sel yang biasanya mengeluarkan zat seperti lendir dan biasanya ditemukan pada orang yang merokok atau yang dahulu perokok. 

Zat ini juga ditemukan pada orang yang tidak merokok, umumnya pada perempuan, dan cenderung pada orang yang lebih muda dibandingkan jenis kanker paru lainnya. Jenis ini ditemukan di bagian luar paru dan kemungkinannya ditemukan sebelum menyebar.

Subtipe berikutnya adalah karsinoma sel skuamosa yang dimulai dari sel-sel skuamosa yang merupakan sel datar di dalam saluran udara paru. Penderita subtipe ini sangat erat kaitannya dengan kebiasaan merokok, dan cenderung ditemukan di bagian tengah paru di dekat saluran bronkus. 

Sedangkan subtipe sel besar karsinoma dapat ditemukan di bagian manapun di paru dan cenderung tumbuh dan berkembang dengan cepat sehingga lebih sulit untuk diobati. Ada satu subtipe sel besar karsinoma yang dikenal dengan sel besar karsinoma neuroendokrin, yang merupakan kanker yang tumbuh pesat dan serupa dengan kanker paru sel kecil.

Dia menambahkan, merokok merupakan faktor risiko pertama kanker paru bersanding dengan jumlah rokok dan berapa lama kebiasan itu dilakukan.  Perokok pasif pun termasuk yang terkena risiko. Paparan karsinogen atau zat kimia penyebab kanker seperti radon, asbestos, residu gas batu bara, arsenik, juga merupakan faktor risiko kanker paru. Selain itu, kanker paru juga lebih banyak ditemukan pada mereka yang diatas usia 40 tahun.  Faktor keturunan juga merupakan faktor risiko. 

“Bagi mereka diatas usia 55 tahun yang sering terpapar dengan faktor risiko tersebut, deteksi dini kanker paru dapat dilakukan dengan skrining tahunan melalui tes pencitraan. Jika diduga terdapat kanker paru, akan dilakukan scan CT, PET atau MRI, kemudian pengujian lendir, dan pengujian yang lebih lanjut lainnya,” papar Ralph.

Stadium Lanjut

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Prof. Aru Wisaksono Sudoyo mengatakan, sebanyak 80% pasien kanker paru datang dalam keadaan sudah stadium lanjut, sehingga persentase penyintasan menjadi lebih rendah. 

“Sangatlah penting untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan faktor risiko, gejala dan pertimbangan khusus pengobatan kanker paru. Maka, YKI berharap masyarakat melakukan pencegahan kanker dengan menerapkan pola hidup sehat, tidak merokok, dan melakukan deteksi dini kanker, sebab kanker yang ditemukan dalam stadium dini mudah diobati bahkan bisa sembuh,” ujar Aru 

Dipaparkan Aru, setelah ditemukan kanker paru, rata-rata kesintasan 5 tahunan atau persentase pasien hidup sekurangnya lima tahun adalah sebesar 21%. Rata-rata kesintasan 5 tahunan untuk laki-laki sebesar 17%, sedangkan untuk wanita sebesar 24%. 

Adapun kesintasan 5-tahunan untuk NSCLC sebesar 25%, dibandingkan dengan 7% untuk kanker paru sel kecil. (Bhakti)

Read Next