logo

Art

Peduli Seni Tradisi, HMP Pandawa FIB UNS Solo Gelar Pertunjukan Wayang

Peduli Seni Tradisi, HMP Pandawa FIB UNS Solo Gelar Pertunjukan Wayang
Pertunjukan wayang kulit dalam rangka Malam Purnama Sastra Palawa 2022, Minggu (30/11/2022) oleh HMP Pandawa Sastra Daerah FIB UNS Solo. (EDUWARA/YouTube HMP Pandawa)
Redaksi, Art31 Oktober, 2022 22:38 WIB

Eduwara.com, SOLO – Perubahan dalam budaya merupakan sebuah keniscayaan. Ketika sebuah budaya berhenti, lama kelamaan akan ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu, budaya selalu berubah dan berkembang mengikuti perkembangan zaman, kondisi sosio budaya, dan sebagainya.

Kepala Program Studi (Prodi) Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Supana mengatakan hal tersebut saat memberikan sambutan dalam Pergelaran Wayang Kulit, di Pendapa Javanologi UNS, Minggu (30/10/2022) malam. 

Pergelaran wayang kulit tersebut digelar oleh Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) Pandawa Sastra Daerah FIB UNS dalam rangka Malam Purnama Sastra Pandawa Labuh Jawa (Palawa) 2022. 

“Pengembangan budaya sangatlah penting. Karena kita tahu bahwa budaya adalah sesuatu yang diciptakan, disebarluaskan, dipelajari, dan berubah. Semua aspek budaya juga berubah, termasuk wayang,” papar Supono.

Supono berharap pertunjukan wayang itu bisa menimbulkan rasa bangga dari mahasiswa terhadap budaya daerah sehingga timbul rasa bangga dan memiliki kepedulian.

Rumangsa melu handarbeni, dan wajib hangrungkebi. Ini kata mutiara dari Mangkunegara I, mudah-mudahan bisa diamalkan,” pesannya.

Komitmen Prodi Sastra Daerah

Pada bagian lain, Dekan FIB UNS Solo Warto mengatakan pergelaran wayang kulit tersebut menandakan dua hal. Pertama, komitmen Prodi Sastra Daerah tidak pernah luntur. Tentunya, tidak hanya melestarikan wayang kulit, berbagai kesenian tradisi juga dipelajari dan dikembangkan.

“Kedua, menunjukkan kepada dunia, apa yang dianggap banyak orang katanya generasi muda tidak lagi peduli dengan seni tradisi nyatanya tidak benar. Hal ini juga menjadi tugas kita semua dalam menerjemahkan visi UNS sekaligus FIB, yang bukan hanya sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun juga seni yang bertumpu pada budaya nasional,” terangnya.

Menurut Annisa Merdika selaku Ketua Panitia, pergelaran wayang kulit tersebut memang diharapkan dapat memberikan manfaat dan pengaruh baik kepada generasi muda.

“Kami berharap acara ini dapat memberi manfaat dan pengaruh baik bagi kita, terutama para pemuda sebagai penerus bangsa yang harus tetap menjaga eksistensi budaya tradisional dan tetap bangga menjadi pemuda yang berbudaya,” katanya.

Pergelaran wayang kulit tersebut menampilkan tiga dalang yang merupakan mahasiswa Prodi Sastra Daerah FIB UNS, yaitu Lucky Gusta (angkatan 2019), Rakha Alfirdaus (angkatan 2020), dan Faqih Nugroho (angkatan 2021).

Mereka bertiga membawakan cerita berjudul Pamedharing Tripama yang berkisah tentang tiga ksatria yaitu Patih Suwanda, Raden Kumbakarna, dan Adipati Karna. Kisah tersebut bersumber dari karya sastra ciptaan Mangkunegara IV yang berjudul Serat Tripama.

Selain mereka bertiga, pergelaran tersebut juga menampilkan dalang yang juga dosen Prodi Sastra Daerah FIB UNS, Imam Sutarjo, yang membawakan cerita Pamedharing Pancamaya, tentang Raden Bratasena yang mencari tirta pawitra hingga diwejang oleh Dewa Ruci. (K. Setia Widodo)

Read Next