logo

Art

Pentas Nyawiji Makarti ISI, Wujud Seni untuk Recovery Kehidupan

Pentas Nyawiji Makarti ISI, Wujud Seni untuk Recovery Kehidupan
Penampilan mahasiswa Jurusan Teater yang mementaskan 'Oligarch' saat membuka pentas 'Nyawiji Makarti', Sabtu (24/7/2022) malam. Pentas ini merupakan rangkaian Dies Natalis ISI Yogyakarta ke-38. Pementasan kelima ini menjadi implementasi seni untuk recovery kehidupan. (EDUWARA/Setyono)
Setyono, Art23 Juli, 2022 23:29 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Bertajuk 'Nyawiji Makarti', tujuh fakultas di lingkungan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tampil bareng, Sabtu (24/7/2022) sebagai rangkaian Dies Natalis ke-38. Pementasan ini menjadi implementasi bagaimana seni membangkitkan semangat pasca pandemi dan menuju endemi.

Berlangsung di Concert Hall ISI Yogyakarta, mulai pukul 20.00 WIB, pentas dibuka dengan penampilan mahasiswa Jurusan Teater yang mementaskan 'Oligarch'. Drama bisu yang menggambarkan tentang kekerasan penguasa terhadap rakyat.

Pada penampilan kedua, mahasiswa Jurusan Etnomusikologi membawakan lagu berjudul 'Pelangi' yang membawakan pesan tentang rusaknya alam di Kalimantan akibat kerakusan manusia.

Kemudian berturut tampil mahasiswa dari Jurusan Tari dengan karyanya 'Sawuk Jumilak', Jurusan Karawitan menampilkan ‘Anjali’, Jurusan Seni dan Pertunjukan dengan 'Urip.Urup.’, dan terakhir adalah penampilan mahasiswa Prodi Pendidikan Musik yang membawakan 'Orkes Rumah Opet'.

Rektor ISI Yogyakarta Agus Burhan mengatakan pementasan malam itu adalah yang kelima, yang digelar dalam rangkaian Dies Natalis ke-38. Berbagai kegiatan seni dan seminar dari berbagai fakultas sudah digelar mulai 19 Mei sampai 27 Agustus nanti.

"Sesuai tema besar kita, 'Keunggulan Seni untuk Recovery Kehidupan', berbagai pertunjukan ini merupakan implementasi bagaimana kesenian itu bisa membangkitkan semangat dan ekspresi kita," kata Agus Burhan.

Tidak hanya itu, pentas yang dikoordinir Fakultas Seni Pertunjukan juga berperan sebagai media pembangun solidaritas kalangan seniman, civitas akademika, serta komponen masyarakat agar kembali memaknai kehidupan yang ada pasca vakum selama pademi.

"Anda lihat sendiri, bagaimana besarnya partisipasi baik civitas akademik ISI maupun masyarakat umum. Ini sungguh-sungguh memberikan semangat bangkitnya kehidupan di era menuju endemi atau normal," katanya.

Lewat berbagai pertunjukan, kata Burhan, menjadikan Dies Natalis tahun ini sebagai momentum kebangkitan seni dan menumbuhkan kembali berbagai jaringan berkesenian yang kemarin lumpuh.

"Jadi kesenian bukan hanya sekedar nilai spiritual dan hiburan. Namun bagaimana seni mengambil peran sebagai penggerak ekonomi masyarakat," ucapnya.

Ketua Pelaksana dari Fakultas Seni Rupa, Lutse Lambert Daniel Morin mengatakan Dies Natalis tahun ini merupakan agenda yang pertama kali bersifat internasional.

"Ini mempertegas seni dapat memberikan kontribusi, tidak hanya di lingkungan seniman dan civitas akademika tetapi juga bagi masyarakat secara luas," ujarnya.

Tahun ini ISI Yogyakarta menggandeng mitra dalam dan luar negeri untuk memeriahkan seperti ISI Denpasar, ISI Padang Panjang, ISBI Bandung, IKJ, UNS, ISI Surakarta, STKW Surabaya, Telkom University Bandung, Thailand Bunditpatanasilpa Institute, Eszterhazy Karoly Catholic University Eger Hungary, serta seniman dari negara Madagaskar, Korea Selatan, dan Thailand.

Read Next