Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, SOLO – Univesitas Sebelas Maret (UNS) Solo menggelar Lakecoustic: Akustikan Bangga Pancasila, Jumat (10/6/2022) di area Danau UNS Solo. Acara yang diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Lahir Pancasila itu berangkat dari penetapan UNS sebagai perguruan tinggi yang mempunyai dinamika mutu kebangsaan, yakni pelopor dan benteng Pancasila.
Rektor UNS Solo, Jamal Wiwoho mengatakan acara itu diinisiasi oleh Pusat Studi Demokrasi dan Ketahanan Nasional (Pusdemtanas) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNS.
“Acara ini diinisiasi oleh rekan-rekan Pusdemtanas, salah satu dari 24 pusat studi yang ada di LPPM UNS. Acara seperti ini akan kami teruskan, salah satunya dengan setiap bulan ada pentas seni untuk melestarikan kebudayaan untuk mengangkat citra UNS di tingkat nasional maupun internasional,” kata Jamal ketika diwawancarai Eduwara.com, Jumat (10/6/2022) di sela-sela acara.
Kepala Pusdemtanas LPPM UNS Solo, Sunny Ummul Firdaus menuturkan Lakecoustic merupakan acara puncak dari rangkaian acara peringatan Hari Lahir Pancasila. Sebelumnya sudah dilaksanakan sarasehan, workshop implementasi nilai-nilai Pancasila untuk kegiatan mahasiswa bekerja sama dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) maupun lembaga-lembaga negara lain.
“Dengan acara peringatan hari lahir Pancasila ini, harapannya kami akan memasukkan nilai-nilai Pancasila sesuai keinginan mahasiswa dan masyarakat umum dengan passion masing-masing. Jadi Pancasila harus dinikmati dan dihayati sesuai kondisi zaman,” ujar dia.
Festival Perahu Naga
Berbarengan dengan acara tersebut, Pusat Bahasa Mandarin UNS juga menggelar Festival Perahu Naga. Menurut penuturan Kepala Pusat Bahasa Mandarin, Stephanie Phanata, festival itu biasa dirayakan setiap bulan lima tanggal lima dalam kalender Lunar dan seharusnya dirayakan pada Jumat (3/6/2022).
“Karena Jumat pekan lalu masih ada tes Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) maka diundur hari ini. Untuk makna festival, sebenarnya ada ceritanya juga. Festival Perahu Naga atau hari raya Bacang ini digunakan untuk memperingati seorang pahlawan yang gugur karena mencintai negaranya,” jelas dia.
Stephanie menilai, Festival Perahu Naga yang digelar bersamaan dengan Lakecoustic menjadi kolaborasi yang pas. Pasalnya keduanya sama-sama digelar di pinggir danau sehingga ada keterkaitan antara kedua gelaran tersebut.
Lebih lanjut, penyelenggaraan Festival Perahu Naga juga bertujuan memperkenalkan kebudayaan Tiongkok kepada masyarakat UNS. Hal tersebut mengingat sudah dibukanya program studi S1 Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Cina.
Stephanie menambahkan, terdapat dua perlombaan yang digelar di festival tersebut, yaitu lomba balap bakiak naga dan makan bacang. Keduanya tidak lepas dari tema yang diangkat yakni Membangun Semangat Kebersamaan dalam Semarak Budaya Festival Perahu Naga.
“Untuk bakiak naga makna yang terkandung adalah kebersamaan. Kan harus bekerja sama untuk mencapai tujuan. Begitupun makan bacang, yang juga simbol kebersamaan. Hal ini terkait dengan cerita pahlawan yang gugur itu, gugurnya di sungai. Sehingga rakyat takut jika jasadnya dimakan ikan, jadi mereka melempar bacang,” tutur dia.
Acara tersebut, sambung dia, baru kali pertama dilaksanakan secara luring. Selama pandemi Covid-19, Pusat Bahasa Mandarin menggelar festival itu secara daring dengan menyelenggarakan lomba mewarnai dan menggambar perahu naga. (K. Setia Widodo)