logo

Gagasan

Sanggar Difabel Solo Ajak 26 Anggotanya Naik KRL Solo - Yogya

21 Desember, 2022 21:13 WIB
Sanggar Difabel Solo Ajak 26 Anggotanya Naik KRL Solo - Yogya
Anggota Sanggar Difabel Solo ketika di Pasar Beringharjo Jogja. (EDUWARA/Dok. Sanggar Difabel Solo)

Eduwara.com, SOLO – Salah satu moda transportasi umum di Kota Solo ialah Kereta Rel Listrik (KRL) yang menghubungkan antara Kota Bengawan dan Yogyakarta. Sebagai transportasi umum, seluruh lapisan masyarakat bisa menggunakan KRL, termasuk para penyandang disabilitas, anggota dalam Sanggar Difabel Solo.

Baru-baru ini, Sanggar Difabel Solo mengajak 26 anggotanya dari usia anak-anak hingga dewasa untuk piknik ke Yogya dengan menggunakan fasilitas tersebut. Ketua Sanggar Difabel Solo, Maria Yeti Saputri mengatakan peserta tidak hanya berasal dari Kota Solo, namun ada yang dari Sragen dan Wonogiri.

“Kami mengajak dan terkumpul 26 warga difabel dari Solo Raya, ada yang dari Sragen dan Wonogiri. Kami berkumpul dan berangkat dari sanggar pagi hari. Ketika di stasiun, petugas sudah cekatan dan sigap. Dari pintu masuk kami dilayani dengan baik, naik kereta juga dibantu, sampai diyakinkan kereta aman,” kata Maria Yeti Saputri kepada Eduwara.com, Rabu (21/12/2022),di Sanggar Difabel, Sondakan, Laweyan, Solo.

Begitu pula ketika sampai di Yogya. Pihak KAI sudah berkoordinasi dengan petugas sehingga kami sudah ditunggu untuk membantu. Di semua tempat yang disinggahi pun, lanjut Putri, tidak ada kendala seperti diskriminasi dan pelanggaran HAM.

Seluruh peserta, sambung dia, sangat antusias ketika menaiki kereta walaupun tidak memiliki ruang gerak yang luas. Ketika piknik ke Yogya, mereka merasa bahagia karena menjadi pengalaman pertama naik kereta. Pengalaman-pengalaman yang didapatkan pun diharapkan menjadi kenangan indah mengingat tidak semua keluarga mampu membawa mereka bepergian dengan naik kereta dan sampai ke Yogya.

“Kami ada tiga destinasi. Memang agak susah bagi kami karena perlu mendorong dari ujung ke ujung. Dengan piknik kemarin kami bergantian dan bersenda gurau, sehingga tidak terasa capai. Intinya kami merasa bahagia,” ungkap dia.

Putri menambahkan, piknik tersebut juga menjadi pembuktian terkait adanya kabar yang menjadi buah bibir mengenai penyandang disabilitas yang tidak diperkenankan menaiki KRL beberapa waktu lalu. Menanggapi hal tersebut, Putri menegaskan setiap tempat punya kebijakan sendiri dan tidak bisa dipaksakan.

“Setiap orang memiliki HAM dan penyandang disabilitas tidak boleh didiskriminasi, harus disejajarkan dengan orang lain, dan memiliki hak dan kewajiban yang sama. Artinya, jika penyandang disabilitas tidak mau didiskriminasi dan tidak dilanggar HAM-nya, berarti juga harus memiliki rasa toleransi dan menghormati orang lain seperti menghormati dirinya sendiri,” jelas dia.

Jika KRL melarang orang itu, sambung dia, mungkin maksud dan tujuannya tidak untuk mendiskriminasi dan melanggar HAM. Tetapi untuk kebaikan bersama sesuai dengan undang-undang bahwa kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.

“Dengan cara seperti ini, saya buktikan saja. Kami tidak dibayar bahkan kami beli tiket. Saya juga tidak diimbau untuk pencitraan, ini murni untuk healing dan ingin membuktikan apakah layanan publik memang ramah difabel,” pungkas dia. (K. Setia Widodo)

Read Next