logo

EduBocil

SD Penggerak di Solo Diyakini Bakal Bertambah, Penerapan Kurikulum Prototipe Meluas

SD Penggerak di Solo Diyakini Bakal Bertambah, Penerapan Kurikulum Prototipe Meluas
Guru SD Muhammadiyah 1 Ketelan melakukan Workshop Penyusunan Perangkat Pembelajaran Program Sekolah Penggerak, Sabtu (4/12/21). (SD Muhammadiyah 1 Ketelan )
Redaksi, EduBocil14 Januari, 2022 14:56 WIB

Eduwara.com, SOLO— Sebanyak delapan SD di Solo telah menerapkan kurikulum prototipe sejak semester ganjil tahun ajaran 2021/2022 melalui program Sekolah Penggerak dan diyakini jumlah ini akan bertambah tahun ini.

Hal itu diungkapkan Kasi Bidang Kurikulum Dinas Pendidikan (Disdik) Solo Priyono. 

"Delapan sekolah SD di Solo sudah menerapkan selama satu semester. Kemungkinan akan ada penambahan Sekolah Penggerak di semester genap tahun ini, tetapi penerapannya mulai semester ganjil tahun ajaran baru," ucap Priyono kepada Eduwara.com di kantor Disdik Solo, Kamis (13/1/2022).

Penerapan kurikulum prototipe, kata Priyono, masih dalam tahap uji coba dan dilakukan secara bertahap. Delapan sekolah yang terpilih sebagai Sekolah Penggerak belum menerapkan kepada seluruh siswa, melainkan baru kepada siswa kelas terendah. 

"Pada tahun pertama, kurikulum itu hanya diterapkan di kelas I dan IV. Kemudian pada tahun kedua, khususnya delapan sekolah tersebut, penerapannya akan ditambah di kelas I, kelas II, kelas IV, dan kelas V sedangkan pada tahun ketiga, harapannya semua kelas sudah menerapkan kurikulum baru tersebut," kata dia.

Menurut Priyono, perbedaan Kurikulum Prototipe dengan kurikulum sebelumnya terletak pada paradigma baru. Pembelajaran kurikulum baru lebih berpusat kepada siswa. Paradigma pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan anak.

Dalam kurikulum baru, lanjutnya, siswa diajak untuk membuat proyek-proyek pembelajaran. Tiap satu semester sebanyak 20 persen sampai 30 persen siswa harus mengerjakan proyek yang berkaitan dengan Profil Pelajar Pancasila. 

Ada enam tema besar dalam Profil Pelajar Pancasila, beriman kepada Tuhan YME, kebinekaan global, gotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri. Semua proyek siswa harus mengacu pada enak tema Profil Pelajar Pancasila tersebut. "Di akhir semester, para siswa membuat pameran hasil karya-karyanya selama satu semester," terang Priyono.

Tentang pemilihan delapan SD Sekolah Penggerak di Solo, menurut Priyono, awalnya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) membuka pendaftaran calon Sekolah Penggerak, kemudian ada tahap seleksi. 

"Yang diseleksi bukan sekolah, melainkan kepala sekolahnya. Pada pendaftaran gelombang pertama tahun 2020 hanya delapan kepala sekolah SD yang terpilih. Kemarin tahun 2021 sudah gelombang kedua, namun belum ada pengumuman berapa yang lolos. Banyak kepala sekolah di Solo yang mendaftar. Harapannya banyak juga yang lolos," ujarnya.

Disdik Solo sudab mengimbau kepada semua kepala sekolah untuk mengikuti pendaftaran program Sekolah Penggerak. Kepala sekolah yang terpilih untuk menjalankan program Sekolah Penggerak, tidak akan dimutasi minimal tiga tahun. Hal itu agar kepala sekolah fokus menerapkan dan mengembangkan kurikulum Sekolah Penggerak.

"Tujuan akhir dari kurikulum ini agar meningkatkan mutu pendidikan. Sumber daya manusia di sekolah kualitasnya bertambah dan prestasi siswa juga meningkat," tutur Priyono.

Priyono menambahkan, sejauh ini penerapan kurikulum Sekolah Penggerak di Solo secara umum cukup baik. Hanya ada beberapa kendal kecil, misalnya dari segi teknologi. Guru-guru yang sudah sepuh kadang sulit mengoperasikan komputer. (M. Diky Praditia)

Read Next