logo

Sekolah Kita

Siswa SMPN 1 Bantul Tampilkan Karya Batik di Pasar Tradisional

Siswa SMPN 1 Bantul Tampilkan Karya Batik di Pasar Tradisional
Siswa SMPN 1 Bantul menggelar peragaan busana berbahan batik karya sendiri di Pasar Bantul, Minggu (2/10/2022) pagi. Acara ini diselenggarakan menyambut Hari Batik Nasional. (EDUWARA/K. Setyono)
Setyono, Sekolah Kita02 Oktober, 2022 20:50 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Menjadi agenda rutin sebelum pandemi, bertepatan dengan Hari Batik Nasional, siswa-siswi SMPN 1 Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar peragaan busana berbahan batik karya sendiri di Pasar Bantul, Minggu (2/10/2022) pagi.

Sempat memilih area depan Pasar Bantul, gelaran peragaan busana yang diperagakan 20 murid SMPN I Bantul mampu menyedot perhatian pengguna jalan. Dari area depan, gelaran kemudian berpindah ke dalam pasar dengan lorong antar pedagang menjadi panggung berjalan.

Guru mata pelajaran prakarya, Nur Budiyanto usai acara mengatakan tujuan pelaksanaan peragaan busana ini adalah untuk mengedukasi masyarakat tentang batik yang diakui sebagai kebudayaan dunia. Selain itu, ajang tersebut juga untuk mempresentasikan kain batik yang motifnya dihasilkan dan dikerjakan pada siswa.

"Setiap siswa kelas IX selama satu semester belajar membatik selama dua jam seminggu lewat mata pelajaran prakarya. Pelajaran membatik ini sudah masuk kurikulum," kata Budi.

Difokuskan pada pembelajaran membatik sesuai pakem, Budi mengatakan dalam prakteknya seluruh siswa kelas IX dibagi dalam 32 kelompok yang memiliki lembaran kain batik utuh untuk dikerjakan.

Karena keterbatasan keahlian dan waktu, maka sekolah mengonsepkan pengerjaan kain secara bergiliran sehingga satu kain yang sudah dipersiapkan dikerjakan oleh seluruh kelompok secara bergantian.

"Motif dan pakem kami ajarkan sesuai tradisi. Namun jika nanti ada penambahan yang muncul dari kreativitas siswa saat membatik, dipersilakan dan nanti guru yang menambahi sisi artistiknya," lanjut Budi.

Seragam Sekolah

Dari 32 karya yang dihasilkan pada semester lalu, sekolah kemudian memilih 20 karya batik siswa untuk dipamerkan. Di sini siswa dibebaskan untuk menentukan penggunaan kain untuk model baju apa dan dijahitkan di pihak luar.

"Dari tujuh kali pagelaran busana di tempat umum, termasuk kali ini, hasilnya SMPN I Bantul selalu juara pertama dalam Festival Lomba Seni Nasional (FLSN) tingkat Bantul di kategori membatik. Bahkan di FLSN nasional kami masuk tiga besar," papar Budi.

Bahkan untuk membumikan batik, Budi menyatakan selama menunggu hasil ujian nasional, setiap tahun siswa kelas IX mendesain motif batik untuk digunakan sebagai seragam sekolah bagi siswa baru kelas VII.

Dengan warna khas atasan merah hati dan bawah putih, seragam batik yang wajib dikenakan setiap Kamis memiliki perbedaan motif. Karena semua motif yang diciptakan satu siswa kelas IX dipakai satu siswa baru kelas VII.

"Kita kali ini mencoba di pasar untuk menghadirkan suasana yang komunikatif antara siswa dan para pedagang maupun pengunjung pasar. Sebelumnya, gelaran di perempatan Klodran hanya dinikmati pengguna jalan," katanya.

Salah satu siswi yang memperagakan busana batik dan berlegok-legok di gang pasar, Abdillah Alya Wardani mengaku sempat grogi. Dirinya dia tidak menyangka pagelaran busana ini disaksikan pedagang dan pengunjung pasar sebanyak itu.

"Kita hanya berlatih satu hari, tapi bersyukur sekali fashion show lancar dan banyak yang nonton. Ini menjadi pengalaman berharga. Soal pelajaran membatik, awalnya saya kesulitan memegang canting namun sekarang sudah biasa," katanya.

Kabid Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Disdikpora, Retno Yuli Astuti membenarkan pelajaran muatan lokal membatik itu sudah dilakukan seluruh sekolah di Bantul.

"Namun masih memerlukan inovasi lebih lanjut untuk meningkatkan hasil. Apa yang diselenggarakan SMPN 1 Bantul adalah ide cemerlang," jelasnya.

Pasalnya siswa tidak hanya diajari untuk produksi tapi juga promosi kain batik itu sendiri. Batik sekarang ini harus terus dipromosikan dan dikampanyekan kepada masyarakat luas, agar bisa lebih dicintai dan diminati lagi.

Read Next