logo

Kampus

UIII Digadang Jadi Pusat Riset Strategis dan Peradaban, Promosikan Islam Damai untuk Dunia

UIII Digadang Jadi Pusat Riset Strategis dan Peradaban, Promosikan Islam Damai untuk Dunia
Kampus Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di Jalan Raya Bogor, Kelurahan Cisalak, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat (EDUWARA/Bhakti)
Bhakti Hariani, Kampus26 Januari, 2022 22:36 WIB

Eduwara.com, DEPOK – Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) telah memulai perkuliahan sejak September 2021. Pada tahap awal perkuliahan ini, UIII memberi beasiswa kepada 100 mahasiswa.

Berlokasi di Kelurahan Cisalak, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat, kampus yang berdiri di atas lahan seluas 142 hektare ini memiliki empat fakultas yakni Faculty of Islamic Studies, Faculty of Education, Faculty of Economic and Business, Faculty of Social Sciences.

“UIII merupakan Graduate School, atau universitas Pasca Sarjana, khusus untuk Program S2 dan S3. Sebagian dosen dan mahasiswanya berasal dari luar negeri. Bahasa pengantarnya Bahasa Inggris dan Arab. Inilah di antara hal yang membedakan UIII dengan kampus lainnya yang sudah lebih dulu ada di Indonesia,” ujar Sekretaris UIII Chaider S. Bamualim kepada Eduwara.com di Kampus UIII, Rabu (26/1/2022).

“Selain sebagai Graduate School yang merupakan Pilar Pertama, UIII juga merupakan Pusat Kajian Islam Strategis, sebagai Pilar Kedua serta Pusat Kebudayaan dan Peradaban, sebagai Pilar Ketiga,” ungkap Chaider. 

Untuk memenuhi standard internasional, desain kampus baik akademik maupun fisik dibuat sesuai standard internasional. “Sebagai kampus berlevel internasional, semua perangkat yang ada di sini termasuk desain bangunan yang futuristik, standar dosen dan juga mahasiswanya harus memenuhi standar internasional,” papar Chaider.

Saat ini, UIII memiliki dosen tetap yang berasal dari perguruan tinggi luar negeri, yaitu Inggris, Amerika Serikat, Pakistan, dan Maroko. Seluruh dosen aktif yang bertugas pada semester ini dari dalam maupun luar negeri berjumlah 34 orang.

“Dosen yang berasal dari dalam negeri merupakan dosen terbaik lulusan kampus luar negeri dan tentunya memiliki reputasi yang baik,” ujar Chaider.

Tak hanya dosen yang berkualitas, diungkap oleh Head, Asset and Building Management Team UIII Syafrizal Syofyan, para mahasiswa UIII pun tidak sembarangan. Mereka yang bisa berkuliah di sini adalah mereka yang telah lolos memenuhi sejumlah tes dan memiliki TOEFL lebih dari 500.

“Saat ini kami menyediakan beasiswa untuk 100 mahasiswa. Nantinya ke depannya tentunya akan lebih banyak lagi,” ujar Syafrizal.

Head, Asset and Building Management Team UIII Syafrizal Syofyan saat menunjukkan sejumlah lokasi gedung di UIII, Rabu (26/1/2022). (EDUWARA/Bhakti)

Dari seleksi yang digelar sejak Juli 2021, kata Syafrizal, terdapat 1009 calon mahasiswa yang ikut seleksi namun hanya 100 orang yang diterima. Di antaranya terdapat mahasiswa dari Canada, Mesir, Afrika Selatan, Gambia, Togo, Pantai Gading, Pakistan, Somalia, Philiphina, dan Afghanistan.

Mengingat pandemi Covid-19 perkuliahan masih dilakukan secara daring. Waktu perkuliahan diatur agar bisa diikuti seluruh mahasiswa baik yang berada di bumi belahan timur dan barat tanpa merasa kelelahan karena terlalu larut atau terlalu pagi.

Islam Damai

Pendirian UIII dikatakan Syafrizal, bertujuan mempromosikan Islam moderat yang toleran dan damai. Sebagai negara dengan penduduk beragama mayoritas Islam terbesar di dunia, Indonesia menurut Presiden Republik Indonesia Joko Widodo perlu menjadi kiblat pendidikan tinggi Islam terkemuka yang berwibawa dan disegani. Indonesia juga harus memainkan peran penting untuk mendukung perdamaian dunia, terutama di negara-negara mayoritas muslim. 

Agar Indonesia dipandang dan dan berpengaruh, maka menurut Presiden kita perlu memberi beasiswa kepada mahasiswa asing agar mereka mau datang ke Indonesia dan belajar Islam di Indonesia. Ini seperti yang dilakukan Universitas AlAzhar di Mesir dan juga pemberian beasiswa oleh negara Yaman, Maroko, Mesir, Saudi Arabia.

“Indonesia pun terpikir untuk tidak terus menerus sebagai tangan di bawah yang menerima, tapi bagaimana harus menjadi tangan di atas yang memberi. Sebagaimana contohnya Al-Azhar, yang sudah sejak dulu banyak sekali memberikan beasiswa untuk WNI,” ujar Jusuf Kalla (JK) pada saat pendirian UIII sebagaimana dituturkan oleh Syafrizal.

Lebih lanjut diungkap Syafrizal, masih mengutip pernyataan Wapres JK, kemudian tercetuslah untuk membangun kampus dimana warga negara lain dapat mempelajari Islam yang damai ada di sini meski di Indonesia terdapat beberapa agama lainnya. Tapi mampu hidup damai dan saling menghormati. Perkuliahan pun diberikan beasiswa sebagaimana diterapkan negara lain.

“Indonesia adalah contoh nyata dimana Islam, modernitas, dan kemajuan dapat berjalan beriringan dan dimana agama dapat memainkan peran besar dalam pembangunan masyarakat yang positif dan transformatif,” ujar Syafrizal. 

Read Next