Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Sejak diluncurkan Januari awal tahun ini, aplikasi pendamping pembelajaran untuk anak didik pemula, Sekolah Enuma, telah diterapkan di tiga daerah berbeda.
Usai Nusa Tenggara Barat dan Bengkulu, pada Kamis (28/7/2022), Kota Lubuklinggau, Sumatra Selatan membuka akses aplikasi Sekolah Enuma: Bahasa Indonesia bagi seluruh anak.
Wali Kota Lubuklinggau SN Prana Putra Sohe mengatakan penerapan aplikasi Enuma sebagai pendamping pembelajaran sangat sejalan dengan kurikulum nasional dan dapat disesuaikan terhadap kebutuhan individual anak.
“Kemitraan ini diharapkan dapat menjawab pemenuhan hak anak dalam hal mendapatkan akses belajar literasi yang berkualitas dan menyenangkan,” katanya dalam rilis yang dikirimkan ke Eduwara.com.
Sohe menyatakan upaya pemenuhan hak anak, khususnya hak belajar literasi dan bermain sebagai dasar pengembangan sumber daya manusia, seperti yang dilakukan oleh Enuma, juga dikatakan terus menjadi prioritas pihaknya.
"Berbagai upaya telah kami lakukan salah satunya melalui percepatan penyediaan akses literasi untuk seluruh anak di Lubuklinggau. Akses aplikasi Sekolah Enuma akan melengkapi program dan meningkatkan kualitas kegiatan literasi di Lubuklinggau," kata Sohe.
Direktur Enuma Indonesia Juli Adrian mengatakan sampai Juli ini, pihaknya telah mendukung tiga pemerintah daerah yaitu Nusa Tenggara Barat, Bengkulu, dan Lubuklinggau dalam penyediaan aplikasi dan sosialisasi literasi digital untuk para pendamping belajar anak.
Juli mengklaim studi kasus uji coba penggunaan aplikasi Sekolah Enuma di Lampung dan Medan menunjukkan bahwa aplikasi ini membantu lingkungan yang memiliki keterbatasan sumber daya dalam pemenuhan kebutuhan pembelajaran dasar secara lebih merata sambil mendukung adopsi keterampilan digital.
"Prioritas Enuma sangat jelas, memberikan akses literasi berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dasar anak agar menjadi pembelajar yang percaya diri dan mandiri," katanya.
Dengan mengabungkan elemen permainan pada aplikasi, materi yang dihadirkan dirancang sesuai dengan Kurikulum Nasional Indonesia, kebudayaan, serta kebiasaan anak.
"Kami sangat terbuka dengan berbagai kolaborasi pihak terkait untuk terus bersama-sama berusaha menciptakan dunia tanpa kelangkaan akses belajar yang tentunya sangat dibutuhkan oleh anak-anak untuk tumbuh dengan baik dengan potensi terbaik," tandas Juli.