logo

Vokasi

WBL pada Pendidikan Vokasi, Jaring Pengaman Tenaga Kerja

WBL pada Pendidikan Vokasi, Jaring Pengaman Tenaga Kerja
Kokom Komariah, Guru Besar bidang Pembelajaran Vokasional Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) (EDUWARA/Humas UNY)
Setyono, Vokasi24 Januari, 2022 19:39 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Guru Besar bidang Pembelajaran Vokasional Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Kokom Komariah menilai pembelajaran berbasis kerja (Work Based Learning/WBL) adalah metode pembelajaran yang cocok diterapkan di pendidikan vokasi. Penerapan WBL menjadikan pendidikan vokasi sebagai satu jaring pengaman pemenuhan tenaga kerja untuk menghindari lulusannya menjadi penganggur.

Hal ini disampaikan Kokom lewat pidatonya berjudul 'Urgensi  Pembelajaran Berbasis Kerja  dalam Pembentukan Career Skills Bidang Boga' yang dirilis UNY pada Senin (24/1/2022).

Kokom mengatakan WBL merupakan model pembelajaran yang cocok digunakan untuk pendidikan vokasi,  termasuk  bidang  boga, karena  dapat  membentuk career skills peserta didik. Termasuk peningkatan kompetensi dan employability skills.

"Keterampilan adalah hal terpenting yang harus disiapkan menghadapi perubahan dunia kerja. Keterampilan ini terdiri dari keingintahuan, ketekunan, fleksibilitas, optimisme, dan pengambilan risiko. Menempatkan career skills sebagai aspek penting pada pendidikan vokasi sangat masuk akal," jelasnya.

Interaksi yang terjadi antara individu dan lingkungan dalam proses WBL menjadi satu media transfer pengetahuan dari suatu pengalaman, sehingga peserta didik dapat beradaptasi  untuk menghadapi lingkungan yang baru.

"Berbagai hasil kajian menyatakan input peserta didik yang diproses melalui program latihan dan pengalaman dapat membentuk kompetensi peserta didik dalam hal soft skills dan hard skill-nya. Menjadikan orang-orang dewasa muda memiliki keunggulan yang kuat di pasar kerja," papar Kokom.

Konsep WBK merupakan bentuk pembelajaran aktif dan dinamis yang dipraktikkan di seluruh dunia. Konsep ini juga dikembangkan di Indonesia oleh Ki Hajar Dewantara melalui 3 N yaitu niteni (mengamati), nirokke (meniru) dan nambahi (menambahkan).

Di bidang kuliner yang tidak hanya membutuhkan kemampuan mengoperasikan alat kerja saja, namun dibutuhkan kompleksitas seperti penghayatan nilai-nilai kerja. Kiranya akan sulit dicapai lulusan yang tidak memiliki pengalaman kerja.

"Nyantrik atau magang sampai sekarang tetap relevan. Ini adalah sebuah proses pembelajaran untuk penguasaan kompetensi tertentu dengan berguru pada satu orang sampai diperoleh kompetensi tersebut," kata Doktor Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Program Pascasarjana UNY.

Terbukti pada mahasiswa yang melakukan praktik industri di hotel berbintang mengalami peningkatan kemampuan pada aspek menyusun menu, menggunakan peralatan, sanitasi dan keselamatan kerja, menggunakan metode memasak, dan pemorsian, dengan rerata peningkatan sebesar 19 persen.

Sehingga WBL menurut Kokom akan mampu menghasilkan career skills yang di dalamnya bukan hanya menyangkut aspek kompetensi lulusan secara hardskills. Tetapi aspek employability skills termasuk karakter kerja yang sangat dibutuhkan para lulusan dalam hidup dan berkarir.

Read Next