Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA - Sekretaris Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Ahmad Suaedy menegaskan tersebarnya perguruan tinggi di Indonesia tidak didukung upaya memperbaiki kualitas pendidikan.
"Jumlah perguruan tinggi kita cukup banyak, sampai pelosok pun ada. Sayangnya kualitas masih ada kesenjangan," kata Ahmad Suaedy, dalam rilis ke Eduwara.com, Selasa (7/2/2023).
Suaedy lantas mengabarkan bagaimana kesenjangan kualitas antara perguruan tinggi yang berada di Jawa bila dibandingkan dengan yang di Papua. Kesenjangan itu sangat tinggi sekali.
"Masih banyak kampus yang saat ini berfokus mengejar ranking, bukan memperbaiki kualitas pendidikan tinggi," tegasnya.
Sebagai Ketua Religion of Twenty (R20), Suaedy mengatakan NU melihat belum meratanya kualitas pendidikan adalah musuh besar yang tidak kasat mata bagi seluruh pemangku kepentingan di Indonesia.
"Melawan ketertinggalan pendidikan akan menjadi prioritas menyambut abad kedua NU," terangnya.
Sebagai rangkaian dari Peringatan Satu Abad NU, Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional. Rakernas ini akan menjadi cara Nahdlatul Ulama merumuskan filosofi pendidikan tinggi di usianya yang akan memasuki abad kedua.
"Rakernas LPTNU bertujuan merumuskan filosofi kami dalam menyambut abad kedua. Kita perlu tentukan arah ke depan," lanjut Suaedy yang juga Dekan Fakultas Islam Nusantara di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia.
Rakernas LPTNU dan Konferensi PTNU 2023 akan diadakan di Medan Sumatera Utara, pada 8-10 Maret 2023. Tema yang diangkat adalah 'Merawat Jagad, Membangun Peradaban dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi'.
Fokus 3 Hal
Filosofi yang akan dibangun NU untuk pendidikan tinggi, ungkap Suaedy, akan berfokus pada tiga hal yaitu platform pendukung, landasan kebijakan, dan pemanfaatan teknologi informasi.
"Diskusi terkait platform dan landasan kebijakan akan memastikan bagaimana PTNU tetap relevan dengan masyarakat, sekaligus terus memperjuangkan filosofi, etika, dan keadilan," paparnya.
Sedangkan pemanfaatan teknologi informasi, berupaya memberi bekal para santri dalam menghadapi revolusi industri yang sangat cepat. Dengan cara merintis pembelajaran dan pengelolaan perguruan tinggi berbasis digital, hingga rencana NU membuat perguruan tinggi yang berbasis online.
"Bagaimana agar PTNU tidak ketinggalan dari yang lain tanpa mengatakan harus mengejar, makanya kami harus punya platform, landasan kebijakan, serta memanfaatkan teknologi," tutupnya.
Diharapkan nantinya dukungan pikiran dari civitas akademika di kampus lain bisa menjadi masukan di tengah menjawab tantangan pendidikan dan tantangan dunia saat ini makin kompleks.