Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, BOGOR—Kementerian Agama tengah meninjau ulang kurikulum pelatihan untuk guru, calon kepala madrasah (Cakamad), hingga calon pengawas (Cawas) di lingkungan lembaga itu untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Kepala Pusdiklat Teknis Kemenag Imam Safe'i mengatakan upaya itu mulai dilakukan dengan menggelar Review Kurikulum Pelatihan, di Bogor, Jawa Barat pada Kamis (24/3/2022).
Kegiatan ini diikuti 40 peserta yang terdiri dari perwakilan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, widyaiswara Pusdiklat dan 14 Balai Diklat Keagamaan, kepala madrasah, dan juga pengawas madrasah.
"Kita undang dari Ditjen Pendidikan Islam untuk merumuskan materi-materi berkaitan dengan pembentukan calon kepala madrasah, calon pengawas, dan peningkatan kompetensi keduanya, dan juga guru," ujarnya seperti dikutip dari siaran pers Kemenag, Sabtu (26/03/2022).
Melalu kegiatan ini, Imam berharap dapat dihasilkan silabus serta kurikulum pelatihan yang mampu menjawab kebutuhan para ASN Kemenag yang berkhidmat dalam dunia pendidikan. Harapannya, setelah mendapatkan pelatihan, ASN ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat.
"Kurikulum, silabus, bahan ajar pelatihan harus senantiasa kita sesuaikan dengan perubahan dan perkembangan, karena tanpa itu, pelatihan-pelatihan kita tidak akan bisa menjawab kebutuhan di masyarakat," tuturnya.
Imam juga meminta agar semua komponen di Pusdiklat terus memacu diri untuk melakukan hal-hal yang kreatif dan inovatif. "Dunia pendidikan adalah salah salah satu dunia yang perkembangannya sangat lambat. Jika dibandingkan dengan dunia lain, seperti teknologi dan industri otomotif misalnya, dunia pendidikan bahkan terkesan tidak bergerak, jalan di tempat," tutur Imam.
Imam menuturkan ke depan Pusdiklat perlu lebih proaktif dalam menyiapkan materi pelatihan. "Merespon kebutuhan masyarakat ini sebenarnya baru tahap reaktif, belum sampai pada tahap aktif. Ke depan, kita harus pro aktif menyiapkan materi-materi pelatihan yang dibutuhkan," pinta Imam.
Dia pun meminta jajarannya untuk memperkuat basis data sehingga dapat menyusun kurikulum pelatihan yang lebih komprehensif. "Dengan basis data, kita harus mampu menganalisa dan memprediksi apa saja materi pelatihan yang dibutuhkan di masyarakat," tambahnya.