logo

Sekolah Kita

Siapkan Pendidikan Karakter, Kiat Madrasah Hadapi Society 5.0

Siapkan Pendidikan Karakter, Kiat Madrasah Hadapi Society 5.0
Dosen UIN Datokarama Palu, Sulawesi Tengah, Muhammad Djamil M Nur, dalam Webinar GTKMB-MI: Kesiapan Madrasah Menghadapi Era Socety 5.0, Jumat (15/4/2022). (Youtube GTK Madrasah Berbagi)
Redaksi, Sekolah Kita17 April, 2022 05:01 WIB

Eduwara.com, JAKARTA – Era Society 4.0 merupakan fase yang ditandai pesatnya perkembangan teknologi informasi. Fase tersebut sedang dialami dan dijalani masyarakat dunia termasuk Indonesia. Berbagai sendi kehidupan ditopang dan didominasi kemajuan teknologi informasi, penggunaan internet yang masif, database yang terintegrasi, serta mulai dikenalnya Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan. 

Era Society 4.0 menjadi fase krusial untuk menyiapkan fase maupun tantangan berikutnya yaitu era Society 5.0.

Hal tersebut disampaikan Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Sulawesi Tengah, Muhammad Djamil M Nur, dalam Webinar GTKMB-MI: Kesiapan Madrasah Menghadapi Era Society 5.0, Jumat (15/4/2022). Webinar tersebut diselenggarakan Direktorat Guru Tenaga Kependidkan (GTK) Madrasah Kementerian Agama (Kemenag) melalui siaran langsung Youtube GTK Madrasah Berbagi.

“Untuk mendapatkan strategi 4.0, semua orang harus paham mengenai Cyber Physical System misalnya. Kemudian paham Internet of Think walaupun guru Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, atau guru agama. Jadi bukan hanya guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Jadi ada penyesuaian,” kata dia.

Terkait Society 5.0, semua manusia dari semua lini harus mengetahui dasar sains dan teknologi, tidak memandang lulusan agama, bahasa Arab, maupun yang tidak berkaitan dengan sains dan teknologi. Kemudian, dengan menguasai multidisiplin ilmu termasuk sains dan teknologi sehingga tercipta konvergensi tingkat tinggi dari dunia nyata dan ruang fisik.

Disrupsi dan Kesiapan Madrasah

Lebih lanjut, era Society 5.0 mengakibatkan banyak disrupsi-disrupsi di berbagai sisi. Salah satunya adalah disrupsi pembelajaran berupa mindset belajar bukan lagi tentang proses interaksi langsung antara siswa dan guru tetapi bergeser menjadi proses tunggal, mencari tahu dari segala sumber.

“Selain itu mengurangi kesempatan untuk terlibat dalam diskusi nyata bersama teman sebaya. Mudah skeptis dan cenderung menyendiri, mengurangi hubungan humanis antar guru dan murid, serta individualis, berjiwa bebas, mampu multitasking, dan sangat akrab dengan teknologi,” jelas dia.

Menurut Djamil, madrasah siap untuk menghadapi Society 5.0. Tentunya dengan beberapa syarat, yaitu menyiapkan infrastruktur, pengajar harus memiliki keterampilan digital dan berfikir kreatif, menyiapkan teknologi dengan berbagai alat kegiatan belajar mengajar. Kemudian menerapkan pendidikan berbasis kompetensi, memanfaatkan Internet of Think dan Virtual/Augmented Reality maupun Artificial Intelligence.

“Madrasah harus menyiapkan pendidikan karakter menghadapi era Society 5.0 didukung tujuan pendidikan nasional yakni pembentukan insan yang cerdas dan berkarakter. Konsep pendidikan karakter harus didesain dalam aspek kebudayaan, psikologis, akhlak, olah rasa, dan kecerdasan spiritual,” ujar dia.

Peserta didik, sambung Djamil, mampu mengembangkan kecerdasan akademik maupun spiritual. Selain itu juga bertanggung jawab secara moral, berpikir kritis, kreatif, inovatif, dan berkelanjutan. (K. Setia Widodo)

Read Next