logo

Kampus

Akademisi UGM : Mudik 2022 Cukup Baik, Tapi Tetap Ada Evaluasi

Akademisi UGM : Mudik 2022 Cukup Baik, Tapi Tetap Ada Evaluasi
Sejumlah kendaraan pemudik berjalan pelan ketika akan memasuki kawasan Malioboro di Jembatan Kewek, Kota Yogyakarta pada 3 Mei 2022. Pustral UGM menilai pelaksanaan mudik 2022 berjalan baik dibanding 2019. (Eduwara/Setyono)
Setyono, Kampus13 Mei, 2022 17:55 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Pelaksanaan dan pengaturan mudik lebaran 2022 dinilai cukup baik meskipun ada sejumlah poin yang perlu dievaluasi.

Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik (PUSTRAL) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Dewanti menilai pelaksanaan dan pengaturan mudik selama lebaran tahun ini berjalan cukup baik.

Dosen Prodi Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik ini meski pemerintah dalam dua tahun terakhir ini disibukkan dengan urusan larangan mudik karena pandemi. Meskipun demikian, tetap ada beberapa evaluasi yang perlu dilakukan.

"Bukan persoalan mudah mengatur dan melayani perjalanan massal dengan jumlah yang sangat banyak dan dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Apalagi mudik tahun ini seperti gelombang besar setelah dua tahun ditiadakan mudik," katanya, Jumat (13/5/2022).

Dirinya membandingkan pelaksanaan mudik 2019 yang diwarnai dengan kasus pada pintu keluar tol Brexit yang menewaskan beberapa pemudik. Tahun ini meskipun riuh dan heboh, namun pemerintah mampu mengatur dan perjalanan mudik berlangsung aman.

Dewanti mengapresiasi berbagai ujicoba yang dilakukan pemerintah melalui pengaturan perjalanan mudik dari skema model one way, model ganjil genap dan lain-lain. Model ini, dinilainya cukup memberi solusi sebab sebagian besar tol di pulau Jawa sudah tersambung.

"Meski mepet waktu dari pengumuman dibukanya mudik, upaya-upaya perbaikan sudah dilakukan secara beragam baik dari sisi manajemen lalu-lintas, infrastruktur dan sistem informasi dan lain-lain," ungkapnya.

Berbicara persoalan lalu-lintas, kata Dewanti, tentu muncul persoalan ketika terjadi pergerakan besar di tempat dan pada waktu yang sama. Terlebih mudik 2022 melibatkan 85 juta pemudik.

Menurutnya kondisi normal untuk melayani situasi tidak normal tentu menimbulkan sejumlah masalah. Oleh karena itu, menurutnya, perlu kiranya mempertimbangkan jalur sisi selatan sebagai upaya pengembangan jalan kedepan.

Karena itu, imbuhnya, bagaimana ke depan bisa mengoptimalkan jalan-jalan non-tol sebagai satu sistem jaringan jalan. Artinya bisa saja dilakukan simulasi dengan berapa orang yang akan bergerak dengan rentang waktu yang pendek sehingga akan terlihat seberapa kemampuan jalan tol melayani.

"Dengan demikian, jika tol sudah melampaui kemampuan maka perlu kiranya melimpahkan ke jalan-jalan non tol. Karenanya sistem informasi begitu penting bagi pengguna jalan," paparnya.

Hal penting lain yang perlu mendapat perhatian adalah persoalan yang menyangkut transport demand, bagaimana mengatur para pemudik atau pengendara tidak keluar ke jalan tol secara bersamaan. Oleh karena itu, menurutnya, ajakan presiden berangkat lebih awal melakukan mudik sebagai langkah baik.

Read Next