Kampus
03 Desember, 2021 20:34 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, KLATEN – Embun Ayudya , mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), ternyata bisa menerapkan pembelajaran IPA sederhana dengan baik kepada siswa Sekolah Dasar (SD) IT Maarif NU Gantiwarno Klaten Jawa Tengah.
Embun adalah salah satu peserta Program Kampus Mengajar. Program unggulan yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) ini bertujuan menyelamatkan motivasi belajar siswa SD.
Sebanyak 7000 mahasiswa terbaik di Indonesia yang lolos dalam seleksi Program Kampus Mengajar, didelegasikan ke SD yang belum terakreditasi dan SD di wilayah 3T (Terdepan Terluar Tertinggal).
Embun adalah satu di antara 7000 mahasiswa tersebut. Ia didelegasikan ke SD IT Maarif Gantiwarno Klaten Jawa Tengah untuk menjalankan visi Program Kampus Mengajar, yaitu implementasi literasi numerasi, adaptasi teknologi, dan bantuan administrasi.
Embun mengajar siswa kelas 3 dan kelas 4 menggunakan model pembelajaran kontekstual dan inovatif.
“Saya berkolaborasi dengan Dwi Wahyuningtyas, mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, menerapkan model pembelajaran ini ketika menyampaikan materi Kelistrikan dengan korelasi tematik Energi dan Perubahannya untuk siswa kelas 4,” kata Embun, dalam keterangan tertulis yang dikirim ke Redaksi Eduwara.com, Jumat (3/12/2021).
Embun dan Tyas (sapaan Dwi Wahyuningtyas, red) memutuskan membuat praktikum Rekayasa Listrik Sederhana. Ia siapkan bahan-bahan untuk praktikum kelistrikan seperti, model seri 1 saklar dengan 2 lampu, kardus bekas, baterai, dan kabel sederhana.
Pada awal pembelajaran, Embun dan Tyas memberikan contoh model seri listrik yang harus disusun. Ia dan Tyas mengajak para siswa membayangkan bagaimana aliran listrik dapat membuat lampu menyala. Ia juga menjelaskan perubahan energi kimia (baterai) menjadi listrik kemudian cahaya pada praktikum tersebut.
“Eksperimen materi sains membuat siswa lebih memahami materi secara konteksual. Siswa dapat mengimplementasikan imajinasinya dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas melalui eksperimen ini,” paparnya.
Daya Kritis
Praktikum kelistrikan itu dilakukan secara kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 4 - 5 siswa. Meski mengalami sedikit kesulitan, namun sebagian besar siswa sangat antusias mengikuti praktikum Rekayasa Listrik Sederhana tersebut.
Embun dan Tyas memilih tidak terlalu banyak melibatkan dirisaat para siswa menjalankan praktikum. Ia ingin mereka memiliki daya problem solver yang tinggi dengan melakukan banyak trial and error.
“Saya membiarkan siswa mengeksplor semua keingintahuan, kreatifitas dan kerjasama dengan sistem kelompok, dan demokrasi untuk diskusi yang mereka lakukan. Hal ini untuk mendukung Program Kampus Mengajar, yaitu profil Pelajar Pancasila,” katanya.
Setelah semua kelompok berhasil menyalakan lampu dari rangkaian listrik yang mereka buat, Embun meminta mereka menyampaikan analisa tentang penyebab lampu tidak menyala, penyebab lampu hanya menyala salah 1 dan pertanyaan cause and effect yang mendukung daya kritis siswa.
“Dengan kegiatan presentasi, kami sebagai pengajar dapat melihat bagaimana siswa memahami materi secara utuh. Siswa juga bisa belajar untuk percaya diri dengan berbicara dan memaparkan hasil kerjanya,” tutup Embun.
Bagikan