Baru Separuh SMP Bantul Masuk Kategori Sekolah Ramah Anak

29 November, 2021 20:42 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

SMPN 1 Bantul.jpg
Wakasek Bidang Kurikulum SMPN I Bantul, Sudaryanta memastikan sekolahnya menjadi rintisan Sekolah Ramah Anak dengan menghilangkan perundungan di lingkungan sekolah. Agar siswa bisa belajar dengan nyaman dan tanpa tekanan. ((EDUWARA/Setyono))

Eduwara.com, JOGJA – Dari total 94 sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta baru 49 sekolah yang memiliki predikat Sekolah Ramah Anak (SRA). Sisanya, hampir seluruhnya swasta masih belum.

Data ini disampaikan Kepala Seksi Kelembagaan dan Sarana Prasarana (Sarpras) SMP Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Bantul Emaniar Rahmakirana ke Eduwara.com, Senin (29/11).

"Di Bantul terdapat 47 SMP Negeri dan 47 lainnya adalah sekolah yang dikelola swasta. Saat ini seluruh SMPN sudah menyandang status Sekolah Ramah Anak, sedangkan SMP swasta baru dua sekolah," jelasnya.

Dalam termoniloginya, Sekolah Ramah Anak mensyaratkan terpenuhinya berbagai sarana kesehatan maupun lingkungan yang mampu menghadirkan kesenangan dan kenyamanan bagi anak didik untuk belajar.

Selain itu, Sekolah Ramah Anak juga mewajibkan perubahan pola pikir pengajar dalam berkomunikasi dengan siswa dengan hanya memberi tugas. Namun pengajar harus berkomunikasi dua arah. Sehingga penyampaian materi, penugasan lebih enjoy dan terkesan bebas dokrin.

"Prinsipnya untuk mewujudkan Sekolah Ramah Anak, guru harus berbahagia dahulu, terutama dalam pengajaran. Karena ini akan berdampak pada upaya membahagiakan anak sehingga lebih betah belajar di lingkungan sekolah," jelasnya.

Upaya menjadikan seluruh SMP di Bantul sebagai Sekolah Ramah Anak, menurut Ema, sebagai antisipasi munculnya benih-benih pelaku kejahatan jalanan (klitih) yang memang marak di jalanan Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Lewat Sekolah Ramah Anak kita ingin jalinan silaturahmi antar pemangku sekolah dari guru, siswa sampai orang tua, termasuk alumni terus aktif. Dari sini nantinya akan terbentuk kerja sama bagaimana upaya yang bisa ditempuh untuk memajukan pendidikan anak," katanya.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMPN 1 Bantul Sudaryanta membenarkan sekolahnya terpilih sebagai Sekolah Ramah Anak. Namun, ini sifatnya masih rintisan sama seperti 46 SMPN lainnya.

"Bagi kami, Sekolah Ramah Anak adalah menempatkan anak dalam proses belajarnya nyaman tanpa ada tekanan piskis maupun fisik, khususnya perundungan. Kami menginginkan sekolah kami bebas perundungan," katanya.

Selain menghadirkan kenyamanan, dalam meraih predikat Ramah Anak, sekolah diminta memenuhi kriteria Sekolah Sehat, Sekolah Adiwiyata dan Bebas Napza. Sudaryanta melihat hal itu tidak akan sulit diwujudkan, selama ada kebersamaan dari warga sekolah.

"Tapi kami mulai dari Sekolah Bebas Perundungan. Ini sebagai antisipasi kami dalam mencegah anak didik kami terlibat klitih, seks bebas, maupun narkoba. Akibat perundungan, anak mengalami tekanan yang memunculkan dendam, takut, dan bertindak emosional yang memberi dampak negatif pada dirinya serta orang lain," katanya.

Kepala Sekolah SMP Unggulan Aisyiyah Bantul Khusnul Hanifah menjelaskan secara umum sekolahnya belum bisa memenuhi berbagai persyaratan untuk menjadi Sekolah Ramah Anak.

"Terus terang kami belum, tapi kami menargetkan dalam dua tahun akan meraih predikat itu. Salah satu kendala adalah pemenuhan sarana untuk mencapai kriteria sekolah sehat dan berwawasan lingkungan," ucapnya.

Namun dirinya memastikan pola komunikasi yang terjalin antara guru dengan siswa sudah memenuhi kriteria Sekolah Ramah Anak. Khusnul mengatakan alur komunikasi sudah dua arah dan dari pengajar tidak lagi didominasi penugasan saat berkomunikasi.