Sains
07 Desember, 2021 06:04 WIB
Penulis:Bunga NurSY
Editor:Bunga NurSY
Eduwara.com, JOGJA—Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berencana merevitalisasi fasilitas nuklir di tiga tempat yakni Serpong (Tangerang Selatan), Bandung, dan Yogyakarta sebagai bagian dari upaya menekan emisi karbon dari penggunaan energi.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan revitalisasi tersebut direncanakan dimulai pada 2023 dan diperkirakan membutuhkan waktu sekitar lima tahun.
“Indonesia adalah negara pertama di ASEAN yang memiliki fasilitas ketenaganukliran sejak tahun 1960-an, saat ini usianya sudah lebih dari 60 tahun dan ini adalah masa yang krusial sebab fasilitas tersebut perlu direvitalisasi,” terangnya dalam Webinar Nasional SDM dan Iptek Nuklir (SDMIN) 2021, seperti dikutip dari siaran pers BRIN pada Senin (06/12/2021).
Ia menambahkan revitalisasi fasilitas nuklir ini meliputi perbaikan, pembangunan reaktor baru, penonaktifan reaktor, serta pengembangan fasilitas nuklir yang nonreaktor. “BRIN saat ini sedang bernegosiasi untuk mewujudkan PLTN [Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir] generasi IV,” terangnya.
Disamping fasilitas, aspek SDM juga penting menurut Handoko, sehingga pengembangan Politeknik khusus nuklir cukup krusial.
Senada dengan hal tersebut, Anggota Dewan Energi Nasional As Natio Lasman mengatakan, pendidikan dan pelatihan di bidang Energi Baru Terbarukan (EBT) perlu diupayakan. Hal ini bertujuan untuk mendukung transisi Indonesia menuju penguatan pemanfaatan EBT.
“Strategi transisi energi rendah karbon dilakukan dengan tiga tahapan yaitu dekarbonisasi, desentralisasi, dan fase digitalisasi,” ujar As Natio.
Menurutnya, Sebagian besar alat transportasi menggunakan bahan bakar berbasis fosil, dan ke depan perlu ada transformasi energi menuju sistem EBT.
Pada fase desentralisasi dan digitalisasi, sistem energi akan berbasis listrik yang berorientasi pada ketahanan energi, kemandirian energi, pembangunan berkelanjutan, pembangunan rendah karbon dan ketahanan iklim.
Lebih lanjut Dosen Departemen Fisika ITB Zaki Su’ud menyampaikan bahwa Perguruan Tinggi berpontensi besar dalam mengembangkan dan menghasilkan terobosan untuk memecahkan kendala sumber energi bebas emisi karbon, agar lebih handal dan kompetitif.
Untuk itu, diperlukan sinergi kerja sama antara Perguruan Tinggi, Lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) dan industri.
Zaki menjelaskan, semua sistem pembangkit energi bebas emisi karbon perlu dikembangkan secara optimal guna mendukung ketahanan energi Nasional yang bebas emisi karbon.
“PLTN generasi IV merupakan salah satu potensi yang harus dikembangkan, dengan tambahan efisiensi konversi energi yang tinggi, serta efisiensi penggunaan sumber daya uranium dan thorium di alam,” ungkapnya.
Bagikan
Sains
setahun yang lalu