Idea
21 Desember, 2021 19:54 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JOGJA -- Komedian Cak Lontong mengingatkan bahwa kecerdasan anak tidak hanya tergantung dengan pendidikan, sumber daya manusia, dan pemenuhan gizi. Peran ibu dan dosen sangat penting, terutama dalam memajukan kualitas pendidikan dengan memanfaatkan teknologi.
Hal ini disampaikan Cak Lontong saat menjadi narasumber dalam Webinar Festival ROTI SEVIMA, Selasa (21/12) siang.
"Dukungan teknologi dapat menjadi sebuah booster untuk membuat mutu serta kualitas pendidikan tersebut menjadi lebih baik. Di tangan ibu dan dosen yang handal, teknologi juga bisa menjadi alat pendidikan yang baik karena bisa menjadi sumber berbagai macam bahan bacaan dan video literatur," jelasnya.
Dari kacamatanya, pelawak yang bernama Lies Hartono melihat pendidikan yang berkualitas tak hanya membutuhkan SDM yang kompeten saja, namun teknologi juga sangat mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia.
Tidak hanya itu alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini melihat ada beberapa faktor yang bisa membuat pendidikan di Indonesia akan terus maju dan berkembang dengan memanfaatkan teknologi.
Pertama, mengubah mindset. Indonesia bukanlah sebuah negara tertinggal, pendidikan di Indonesia memiliki sumber daya manusia dengan segudang keahlian hebat. Tapi tak jarang Indonesia masih terjebak dengan cara-cara lama dalam belajar dan bekerja.
"Saya insinyur elektro dan sebenarnya minder juga kalau ketemu orang ITS lainnya, karena saya satu-satunya insinyur yang jadi pelawak. Tapi kita perlu optimis dengan cara minimalis, ubah mindset, yaitu ilmu teknologi tetap saya pakai untuk hal-hal lain seperti mengajar anak. Intinya tinggal bagaimana saja mengubah mindset untuk bisa menggabungkan dunia pendidikan ini bersama dengan teknologi," kata Cak Lontong.
Kedua, memanfaatkan teknologi tidak boleh minder. Meskipun banyak sekali negara maju dan orang pintar di luar sana, namun sumber daya manusia di Indonesia sebenarnya juga tak kalah unggul.
Sayangnya, masyarakat Indonesia biasanya minder dan tak mau belajar ketika menghadapi suatu hal yang belum dikuasainya. Seperti misalnya gagap teknologi (gaptek), lalu menjauhi bahkan memusuhi teknologi.
"Sebelum pandemi, saya jadi delegasi Indonesia. Seperti dikirim via paket, tiba-tiba saya sudah di Filipina dan bertemu perwakilan negara anggota ASEAN lainnya. Ternyata mereka selalu pikir-pikir ketika ketemu Indonesia, kagum dengan kehebatan Indonesia. Oleh karena itu, tolong jangan pernah minder. Kemampuan yang kita miliki sama seperti negara lain," tegas Cak Lontong.
Ketiga, harus berani dan siap bersaing. Tidak ada jalan mudah untuk berprestasi. Semuanya harus dilakukan dengan perjuangan. Bagi orang tua dan dosen yang sudah berusia lanjut, tentu tidak mudah untuk mempelajari teknologi canggih dan berbagai hal-hal baru. Namun semangat juang orang tua dan dosen dalam belajar itulah, yang akan menular ke anak dan mahasiswa kita.
"Orang tua dan dosen tidak boleh lelah dalam mengeksplorasi fitur-fitur kecanggihan teknologi yang sudah banyak tersedia di internet untuk mendidik. Orang tua dan pendidik dapat belajar dari kesuksesan Indonesia di masa lalu, yaitu mampu mengekspor guru ke Malaysia, karena semangat juang masyarakat Indonesia yang tinggi," tutupnya.
Bagikan