Gagasan
20 Januari, 2023 20:11 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, SOLO – Gerakan Wajib Kunjung Museum merupakan gerakan yang digagas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan UPT Museum Kota Solo sejak akhir 2021 lalu. Gerakan tersebut bertujuan mengampanyekan pentingnya berkunjung ke museum bagi para pelajar dan masyarakat umum. Melalui gerakan itu pula, secara langsung dapat menaikkan jumlah pengunjung di museum.
Kepala UPT Museum, Bonita Rintyowati menuturkan, merujuk kepada data tahun 2021, jumlah pengunjung museum bisa dikatakan tidak terlalu banyak. Sedangkan pada tahun 2022 meningkat sebanyak 60 persen dari tahun sebelumnya.
“Apakah karena memang sudah tidak pandemi atau karena Gerakan Wajib Kunjung Museum, kami belum bisa menjawabnya. Tetapi kunjungan wisatawan ke museum naik. Setiap hari, saya dapat surat untuk kunjungan museum yang menjadi agenda wajib dari sekolah-sekolah,” kata Bonita Rintyowati kepada Eduwara.com, Kamis (19/1/2023), melalui saluran telepon Whatsapp.
Bonita melanjutkan, UPT Museum hanya mengelola dua museum, yaitu Museum Radyapustaka dan Museum Keris. Banyaknya kunjungan ke kedua museum hampir sama. Bonita melihat, antusias siswa yang mengunjungi museum cukup tinggi.
Di samping kewajiban dari sekolah, komentar mereka juga terbilang unik setelah mengetahui koleksi-koleksi di dalam museum. Misalnya, ketika mengunjungi Museum Keris, yang pada awalnya mereka tidak terlalu mengerti tentang keris, setelah berkunjung dapat mengetahui ternyata ada macam-macam keris.
“Kadang kami menanyai wisatawan dari anak sekolah yang berkunjung. Contoh, ada anak kelas empat di salah satu SD swasta Kota Solo, katanya amazing, seperti itu,” tambah dia.
Selain menerima kunjungan rutin, dari Selasa sampai Minggu, pihaknya juga mengadakan kegiatan belajar bersama dengan mengundang siswa SD dan SMP. Mengingat kedua jenjang tersebut di bawah kewenangan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Solo.
“Jadi belajar bersama itu ada melukis koleksi, membuat cerita pendek tentang koleksi, membatik. Kemudian ada event perayaan, seperti Hari Museum Dunia, Hari Ulang Tahun Museum, dan Hari Keris Nusantara. Selama ini yang kami lakukan seperti itu. Di sore hari, kami juga menyediakan halaman museum untuk berbagai aktivitas masyarakat. Biasanya digunakan sanggar-sanggar seni untuk latihan tari, bahkan Pramuka. Sehingga terkesan regeng dan tanpa dipungut biaya,” jelas dia.
Konservasi dan Kajian Koleksi
Untuk tahun ini, sambung Bonita, pihaknya menitkberatkan pada peningkatan konservasi dan kajian koleksi museum, mengingat koleksi yang disimpan berjumlah ratusan. Koleksi naskah kuno ada sekitar 498 buah yang terdaftar di register dunia.
“Nah, itu masih menggunakan bahasa Jawa kuno ataupun Sanskerta, siapa yang bisa membaca kecuali orang-orang yang khusus. Sekarang kalau kita tidak membaca dengan bahasa Indonesia kan kita tidak mengerti isinya apa,” katanya.
Jadi, lanjut Bonita, pada tahun ini pihaknya menitikberatkan pada alih aksara naskah-naskah kuno supaya bisa dimengerti isinya.
“Harapannya di naskah-naskah itu ada sejarah penting yang selama ini belum diketahui oleh kita. Selain itu, kami menitikberatkan pada konservasi naskah juga,” ungkap dia.
Saat ini, pihaknya sedang mengusulkan kepada DPRD Kota Solo terkait perencanaan setiap pekan pada hari tertentu menggratiskan bagi seluruh siswa di Kota Solo untuk mengunjungi museum. Jika hal tersebut diizinkan oleh pihak legislatif, maka akan diterapkan.
“Jadi kami memilih dalam satu pekan ada satu hari, gratis untuk pelajar di Kota Solo, tapi tidak semua, maksudnya jangan sampai overload namun ada kuota agar tetap efektif,” pungkas dia. (K. Setia Widodo)
Bagikan