Ini Pendapat Guru Besar FISIP UI tentang Sikap Indonesia di Konflik Rusia-Ukraina

25 Maret, 2022 21:20 WIB

Penulis:Bhakti Hariani

Editor:Ida Gautama

25032022-UI Gubes HI Evi Fitriani .jpg
Guru Besar Hubungan Internasional (HI) FISIP Universitas Indonesia (UI) Evi Fitriani dalam Webinar Krisis Rusia-Ukraina: “Posisi dan Peran Indonesia & ASEAN”, yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), Jumat (25/3/2022) (EDUWARA/Bhakti)

Eduwara.com, DEPOK – Guru Besar Hubungan Internasional (HI) FISIP Universitas Indonesia (UI) Evi Fitriani menilai kebijakan Indonesia untuk politik luar negeri bebas aktif sudah sangat tepat. Invasi Rusia ke Ukraina menjadi pendorong negara-negara ASEAN untuk bersatu dan tidak membuat ancaman bagi negara manapun.

Dipaparkan Evi, dunia perlu membangun sistem keamanan global yang transparan untuk mencegah invasi negara-negara besar. 

“Kalau kita ingin membangun sistem internasional yang aman, adalah sistem internasional yang seharusnya tidak membiarkan orang seperti Putin mempunyai justifikasi untuk perang,” ujar Evi dalam Webinar Krisis Rusia-Ukraina: “Posisi dan Peran Indonesia & ASEAN”, yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), Jumat (25/3/2022).

Evi memaparkan, Ukraina dan negara-negara anggota NATO serta Amerika Serikat, membiarkan Presiden Rusia Vladimir Putin mempunyai justifikasi untuk melakukan serangan. Dalam pandangannya, perlu sistem internasional yang bisa mencegah negara-negara besar seperti Rusia dan AS memiliki justifikasi untuk melancarkan serangan.

Oleh karena itu, lanjut dia, perlu dibangun sistem keamanan global atau global architecture yang lebih transparan, sehingga tidak menjadi alasan bagi penghasut perang untuk menjustifikasi apapun tindakan mereka, baik dari sisi keamanan dirinya ataupun stabilitas global.

Direktur Eropa II Kementerian Luar Negeri Winardi Hanafi dalam Webinar Krisis Rusia-Ukraina: “Posisi dan Peran Indonesia & ASEAN”, yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), Jumat (25/3/2022). (EDUWARA/Bhakti)

Sejalan dengan hal tersebut, dosen HI FISIP UI Hariyadi Wirawan mengatakan, konflik tersebut merupakan salah satu dari rangkaian peristiwa yang telah berlangsung lama antara Rusia dengan Ukraina. Ia menilai sebagai negara yang besar di dunia, Rusia memiliki berbagai hal yang penting bagi negara itu untuk menjaga integritas dan kedaulatannya, terutama di tengah-tengah perubahan politik dan struktur internasional di dunia.

“Bagi Rusia, persoalannya menjadi lebih sensitif lagi ketika di wilayah perbatasannya banyak negara mencoba untuk melakukan hal-hal yang dianggap oleh Rusia sebagai gangguan keamanan, terutama dengan upaya yang dilakukan oleh Ukraina untuk bergabung dengan NATO,” kata Hariyadi.

Bebas Aktif

Direktur Eropa II Kementerian Luar Negeri Winardi Hanafi mengatakan, Indonesia konsisten dengan prinsip bebas aktif dalam menyikapi krisis yang terjadi di Ukraina. Dikatakan Winardi, bebas aktif bukan berarti netral aktif. 

Tetapi, juga memberikan sumbangan baik dalam bentuk pemikiran maupun bantuan terhadap penyelesaian konflik. Sikap Indonesia juga bukan sekadar mengikuti negara lain, melainkan berkepentingan untuk menyuarakan pentingnya penghormatan terhadap norma hukum internasional.

“Indonesia akan terus mendorong agar penggunaan kekuatan dapat dihentikan dan semua pihak dapat menyelesaikan sengketa. Tentang perang Rusia dan Ukraina, Indonesia menilai langkah terbaik terhadap situasi tersebut adalah dengan deeskalasi sehingga proses perundingan dapat berjalan lebih efektif dan memungkinkan dibukanya jalur kemanusiaan,” papar Winardi.