Jumlah Guru di Solo Menurun, Termasuk di SLB

29 Desember, 2022 14:57 WIB

Penulis:Redaksi

Editor:Bunga NurSY

ilust5.png
Ilustrasi (Kemendikbudristek)

Eduwara.com, SOLO – Seiring berjalannya waktu, jumlah guru di Kota Solo kian berkurang. Jika melihat Data Pokok Pendidikan (Dapodik), jumlah guru pada semester genap tahun pelajaran 2021/2022 sebanyak 9.922 orang, sedangkan pada semester ganjil tahun pelajaran 2022/2023 mengalami penurunan di angka 9.786 orang.

Penurunan tersebut juga terjadi di Sekolah Luar Biasa (SLB). Yang mana pada semester genap berjumlah 215 guru menjadi 200 guru di semester ini. Hal tersebut secara langsung turut berkorelasi dengan kurangnya Guru Pembimbing Khusus (GPK).

Kepala Seksi SMA dan SLB Cabang Pendidikan Dinas Wilayah VII Edi Purwanto menuturkan, tak hanya di SLB, kekurangan guru juga terjadi di SMA.

"Kalau dibilang kurang, bukan hanya di SLB. Di SMA pun sama, di mana pun kurang. Apalagi pemerintah tidak membuka lowongan CPNS guru akhir-akhir ini, hanya saja sekarang ada PPPK. Sementara itu, setiap tahun berapa guru yang pensiun. Jadi, sebenarnya tidak hanya di SLB, di SMA maupun SMK juga sama," jelas dia ketika diwawancarai Eduwara.com, Rabu (29/12/2022).

Edi melanjutkan, walaupun terjadi kekurangan, langkah yang masih bisa dilakukan ialah mengatur agar terjadi keseimbangan guru di SLB negeri maupun swasta. Terlebih lagi terdapat kebijakan mengenai adanya guru PNS yang dipekerjakan (DPK) di SLB swasta.

Langkah tersebut didasarkan pada peran SLB swasta yang juga membantu pemerintah dalam memberi kesempatan pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus.

"Walaupun pemerintah tidak meminta membangun sekolah, tapi mereka dengan sukarela membangun dan memberi kesempatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk sekolah. Hal ini merupakan sebuah penghargaan yang luar biasa. Maka, sudah wajar jika pemerintah membantu dengan DPK maupun bantuan anggaran," ungkap dia.

Sementara itu, sambung Edi, di SLB negeri juga sama. Walaupun scoop-nya sudah luas dan siswanya banyak tetap membutuhkan GPK. Namun, sekolah swasta pun perlu dijaga sehingga jangan sampai tidak seimbang bahkan mematikannya salah satu.

"Kalau salah satunya mati, siswanya bagaimana? Di negeri pun bisa dibilang sudsh overload, terbatas sarana prasarananya. Kecuali pemerintah mau membangun yang lebih besar lagi dengan dukungan sarana prasarana yang sama. Artinya jangan sampai menghidupkan yang satu tetapi mematikan yang satunya. Semuanya harus kita bangun, dan peran pemerintah sangat besar di situ," tukas dia.

Lebih lanjut, pihaknya sangat berterima kasih kepada SLB swasta karena sudah membantu dalam memberi pendidikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, peran sekolah swasta tidak bisa dikecilkan.

Edi menegaskan, di SLB negeri memang mengalami kekurangan guru, begitu pun di SLB swasta. Kalaupun pihak swasta mau mengangkat guru memang diperbolehkan, tetapi kembali lagi kepada anggaran.

"Prinsipnya di Kota Solo memang kekurangan guru dan tak hanya di SLB. Maka dia berharap pemerintah bisa memberikan lowongan yang lebih besar untuk mengisi kekurangan tersebut," pungkas dia. (K. Setia Widodo)