Kampus
10 Maret, 2023 16:43 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Bunga NurSY
Eduwara.com, JOGJA – Pembangunan pusat laboratorium biodiversitas Indonesia ditargetkan selesai pada September tahun ini.
Dekan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Budi Setiadi Daryono menargetkan pembangunan pusat laboratorium biodiversitas Indonesia ditargetkan selesai pada September 2023 atau bertepatan dengan momen dies natalis fakultasnya.
Target besar ini disampaikan Budi dalam peletakan batu pertama pembangunan laboratorium Moeso Suryowinoto Indonesia Biodiversity Center (MSIBC) yang bertepatan dengan pembukaan rangkaian Dies ke-68 Fakultas Biologi UGM.
"Pusat laboratorium biodiversitas Indonesia ini dihadirkan dengan tujuan melestarikan genetik tanaman dan fauna langka di hampir terancam punah," katanya, Jumat (10/3/2023).
MSIBC milik UGM ini nantinya akan berisikan beberapa sumber genetik yang nantinya dilestarikan seperti sumber hewan komodo, burung cendrawasih, bunga raflesia dan beragam flora dan fauna endemik yang di Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh Dekan Fakultas Biologi UGM Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., di sela Kepada wartawan, Budi Daryono menegaskan pembangunan laboratorium ini akan selesai dalam waktu 5-6 bulan yang akan diresmikan pada puncak upacara Dies Biologi UGM pada 19 September mendatang.
Dengan desain gedung dibuat ikonik menyerupai struktur dari biji anggrek dan di dalam gedung yang berukuran 30x12 meter persegi ini akan menerapkan teknologi biometrik dan kultur jaringan. Dimana, pemanfaatan teknologi kultur jaringan sudah diterapkan dalam pelestarian berbagai jenis anggrek asli Indonesia.
Nantinya dalam proses kerjanya, Fakultas Biologi UGm akan mengalang kerjasama dengan perusahaan metaverse dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga gedung ini nantinya bisa digunakan untuk riset, kerja sama kolaborasi dan sinergi.
Penamaan gedung ini menggunakan nama Profesor Moeso Suryowinoto, Budi mengatakan ini merupakan bentuk penghargaan dari fakultas Biologi kepada Prof Moeso yang mendedikasikan hidupnya dalam pengembangan fakultas dan pelestarian anggrek di Indonesia pada era tahun 1970-an.
"Kita sudah meneliti anggrek lebih dari 40 tahun, sekarang ini banyak biodiversitas flora dan fauna termasuk mikroba dan virus, berbagai flora dan fauna endemik bagi indonesia akan kita teliti," katanya.
Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha dan Kerja Sama UGM, Ignatius Susatyo Wijoyo mengapresiasi dimulainya pembangunan gedung laboratorium untuk riset biodiversitas dimana nama gedungnya menggunakan nama Prof Moeso yang sudah dikenal dulunya sebagai peneliti dan pemerhati tanaman anggrek di Indonesia.
"Prof Moeso dikenal sebagai bapak anggrek dan sekarang ini diteruskan oleh Prof Endang, kita bisa sebutkan sebagai ibundanya anggrek Indonesia," jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Ignatius menuturkan bangsa Indonesia patut berbangga jika hingga saat ini negara kita masih memiliki kekayaan hayati yang berlimpah di tengah keanekaragaman hayati global terus mengalami degradasi.
"Sekitar satu juta spesies tumbuhan terancam punah dan begitu juga dengan biota laut karena eksploitasi, polusi dan akibat konservasi lahan tidak terkendali," jelasnya.
Bagikan