Kampus
31 Maret, 2022 11:25 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Bunga NurSY
Eduwara.com, JOGJA—Mahasiswa diharapkan berperan lebih aktif dalam melawan radikalisme di lingkungan pendidikan tinggi.
Hal itu tercetus dalam seminar nasional 'Urgensi Moderasi Beragama Dalam Mencegah Paham Radikalisme di Lingkungan PTKIN', di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta menolak kehadiran radikalisme dan terorisme di lingkungan kampus.
Dalam rilis yang diterima Eduwara.com pada Kamis (31/3/2022) pagi, penyelenggaraan seminar nasional ini berlangsung pada Selasa (29/3/2022) di UIN Suka.
Seminar ini menghadirkan narasumber Rektor UIN Suka Al Makin dan Kasubdit Bhabinkamtibmas Ditbinmas Polda DI Yogyakarta AKBP Sinungwati.
Kemudian ada Deputi VII Badan Intelijen Negara DIY Wawan Hari Purwanto dengan materi 'Pentingnya Peran Mahasiswa Dalam Pencegahan Gerakan Radikalisme dan Terorisme di Dalam Kampus', dan Direktur Analisis dan Penyelarasan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Agus Moh Najib yang menyampaikan materi 'Konsep Wasathiyah Islam'.
Presiden Mahasiswa dan Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) UIN Suka Syaidur Rahman Al Huzaify menuturkan, kegiatan seminar ini adalah bentuk nyata kontribusi mahasiswa dalam bermasyarakat.
"Seminar ini langkah awal pencegahan masuknya paham-paham radikal, intoleran, dan terorisme di lingkungan kampus maupun masyarakat," ujarnya.
Dari data yang disampaikan, sampai tahun ini Densus 88 menangkap 56 pelaku terorisme dan ini sangat memprihatinkan. Pasalnya, kondisi ini menandakan kelompok garis keras masih tumbuh liar.
"Kita semua ingin agar berbagai kejadian terorisme, radikalisme dan intoleransi dapat diminimalisir. Kami mengajak mahasiswa, khususnya di UIN dan seluruh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) menerapkan moderasi beragama," ujar Rahman.
Rektor UIN Sunan Kalijaga Al Makin menyatakan mewujudkan moderasi beragama tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri, melainkan harus bersama-sama dan terus membangun relasi dengan agama lain, kelompok lain, dan etnis lain.
"Moderasi beragama jangan terjebak dalam kumpul-kumpul seagama yang sejenis, seorganisasi, bahkan sedaerah, lantas mengklaim bahwa dirinya seorang yang moderat," ucapnya.
Al Makin menyatakan moderat itu artinya berkumpul dari berbagai golongan. Kalau sama persis dari satu golongan agama tertentu, apalagi masih satu daerah, ditambah seorganisasi, dan dari kelompok yang sama, maka itu perlu dikaji ulang, karena belum mencerminkan pluralisme dan kemajemukan dalam konsep moderasi beragama.
AKBP Sinungwati menjelaskan, sebagai negara yang plural dan multikultural, konflik berlatar agama sangat potensial terjadi di Indonesia.
"Salah satu cara menangkalnya adalah dengan memilih dan memilah informasi yang beredar sehingga bisa membedakan antara hoaks dengan berita yang sesuai fakta. Dan, saling menghargai adanya perbedaan dalam suatu masyarakat," tambahnya.
Bagikan